Bakcang, Makanan Tionghoa 4 Sudut Filosofis

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 18 Sep 2020 14:48 WIB

Bakcang, Makanan Tionghoa 4 Sudut Filosofis

i

Panganan khas Tionghoa bersudut 4 penuh filosofi. SP/CP

SURABAYAPAGI.com – Bakcang, makanan khas Tionghoa yang sarat akan makna.

Bakcang atau bacang (Hanzi: , hanyu pinyin: ròuzòng) adalah makanan tradisional masyarakat Tionghoa. Secara harfiah, dapat diartikan bak adalah daging dan cang adalah berisi daging jadi bakcang dapat diartikan sebagai makanan berisi daging.

Baca Juga: HUT Muslimat NU ke-77 Pecahkan Rekor MURI Makan Kupang Lontong Sidoarjo

Meskipun pada praktiknya, selain berisi daging ada juga cang yang berisikan sayur-sayuran atau yang tidak berisi. Yang berisi sayur-sayuran disebut chaicang, chai adalah sayuran dan yang tidak berisi biasanya dimakan bersama dengan srikaya atau gula disebut kicang.

Bakcang dibuat dari beras ketan sebagai lapisan luar; daging, jamur, udang kecil, seledri, dan jahe sebagai isi. Untuk menambah rasa, biasanya ditambahkan sedikit garam, gula, merica, penyedap makanan, kecap, dan sedikit minyak nabati.

Makanan yang dibungkus daun ini tidak menggunakan sembarang daun. Pembungkus daun biasanya dipilih daun bambu panjang dan lebar yang harus dimasak terlebih dahulu untuk proses detoksifikasi. Bakcang biasanya diikat berbentuk limas dengan jumlah sudut 4.

Baca Juga: Paguyuban Marga Tionghoa Hadap Jokowi

Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, bacang diperingati secara khusus dalam festival hari bacang. Bacang kali pertama muncul pada zaman Dinasti Zhou, berkaitan dengan peristiwa bunuh dirinya Qu Yuan dengan melompat ke Sungai Miluo. Pada saat itu, rakyat sekitar melemparkan bacang ke dalam sungai untuk mengalihkan perhatian makhluk-makhluk di dalamnya supaya tidak memakan jenazah Qu Yuan. Kemudian, bakcang menjadi salah satu simbol perayaan Peh Cun atau Duanwu.

Bukan hanya menarik sejarahnya, bentuk penganan yang memiliki empat sudut itu menyimpan makna filosofis. Sudut pertama berarti zhi zu memiliki arti merasa cukup dengan apa yang dimiliki, atau bermakna bahwa orang tidak boleh serakah.

Baca Juga: Hary Tanoesoedibjo, Pengusaha Tionghoa yang Dekat Presiden Jokowi

Sudut kedua adalah gan en atau bersyukur. Artinya, orang tidak boleh iri dengan apa pun yang dimiliki sesamanya. Sedangkan sudut ketiga berarti shan jie atau pikiran positif. Maksudnya, orang harus menilai sesamanya dari sisi baik.

Sisi terakhir dari bakcang yakni sisi keempat adalah bao rong yang berarti merangku. Ini dimaksudkan supaya manusia mampu mengembangkan cinta kasih kepada sesama. dkp

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU