Hingga Kini, Swab Test Dijual Rp 2,5 Juta

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 04 Sep 2020 22:22 WIB

Hingga Kini, Swab Test Dijual Rp 2,5 Juta

i

Petugas dari Dinkes kota Surabaya saat melakukan swab test di Pasar Keputran, akhir Agustus 2020 lalu. Foto: Sp/arlana byob

 

Padahal, Satgas Covid-19 Doni Monardo Menemukan Harga Satuan Spesimen Swab hanya Rp 500 Ribu. Bahkan ada RS di Surabaya, yang Menjual Swab Test Hingga Rp 6 juta dengan Sehari Jadi

Baca Juga: DSDABM Kota Surabaya Akan Segera Tuntaskan 245 Titik Banjir di Surabaya

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah masuk 6 bulan. Akan tetapi, pencegahan penyebaran Covid-19 dengan 3T (Test, Tracing dan Therapy) harus didukung dengan infrastruktur pendukung testing Covid-19 seperti rapid test untuk pendeteksi dini dan swab test PCR, pemeriksaan spesimen yang lebih akurat untuk virus Covid-19. Pasalnya, hingga awal September 2020, harga swab test PCR mandiri harganya masih jauh lebih mahal dari rapid test mandiri. Bahkan, masih ada temuan, untuk swab test PCR yang paling murah, sekitar Rp 2,5 juta dan paling mahal, bisa mencapai Rp 6 juta. Padahal, Satgas Penanganan Covid-19 membongkar temuannya, harga sekali pemeriksaan spesimen swab PCR tidak lebih dari Rp 500 ribu.

"Demikian juga harga, ada rumah sakit yang mematok harga tes PCR swab sampai di atas Rp 2,5 juta. Padahal harga rutin atau harga yang bisa kita lihat sebenarnya tidak akan lebih dari Rp 500 ribu per unit atau per sekali pemeriksaan spesimen," kata Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo dalam rapat di Komisi VIII DPR, Kamis (3/9/2020).

Menurut Doni, saat ini ada 278 laboratorium dengan 320 mesin PCR untuk pemeriksaan terkait Corona. Ia juga mengungkapkan ada 51 persen masyarakat yang bisa melakukan swab gratis di laboratorium yang dikelola pemerintah. "Kami telah mendistribusikan jutaan reagen ke seluruh daerah, dan memang kalau dilihat 51 persen mereka yang sekarang mengikuti tes swab ini adalah gratis. Itu adalah lab-lab yang dikelola oleh pemerintah. Tapi ada juga lab-lab tertentu yang kami juga dapat laporan, itu ada yang minta bayaran kepada masyarakat," ujarnya.

 

Ladang Bisnis Rumah Sakit

Pasalnya, dari temuan Surabaya Pagi, dalam 2 bulan terakhir, untuk pemeriksaan Swab test di beberapa rumah sakit di Surabaya, harga masih sekitar Rp 2,5 juta. Bahkan, ada yang mencapai Rp 6-7 juta. Hal ini membuat beberapa pasien di Surabaya geleng-geleng kepala. Beberapa pasien melihat RS mengambil keuntungan lebih di tengah pandemi saat ini.

“Sekarang Swab saja dipatok bisa sampai Rp 2,7 juta. Ada yang Rp 2,5 juta. Malah saya pernah tau ada yang Rp 6 juta. Ini jelas RS cari-cari untung. Apalagi, kadang pelayanannya beberapa tenaga kesehatan tidak singkron antara yang muncul di berita dan fakta yang saya alami,” jelas Puspita, warga Surabaya yang pernah melakukan tes swab seharga Rp 2,5 juta dan pernah ‘mampir’ di ruang isolasi di RS Siloam Surabaya.

Puspita pun meminta untuk pemerintah segera merapikan harga Swab test seperti saat pemerintah merapikan harga rapid test secara serentak, dibawah Rp 150 ribu.

 

Temuan Surabaya Pagi

Perbedaan harga swab test PCR itu, hanya dibedakan waktu selesai pemeriksaan yang dikeluarkan oleh pihak laboratorium rumah sakit tersebut. Temuan harga Swab test dengan harga Rp 2,5 juta itu di RS Siloam Surabaya. Menurut salah satu petugas Siloam yang ditemui Surabaya Pagi, pertengahan Agustus 2020 lalu, untuk swab test dipatok Rp 2,5 juta dan hasil keluar 3-4 hari kemudian.

“Biayanya Rp 2,5 juta, pak. Nanti selesainya 3-4 hari. Tapi akan dikabari biasanya,” kata salah satu petugas di laboratorium RS Siloam kepada Surabaya Pagi yang pertengahan Agustus 2020, melakukan swab test secara mandiri.

 

Swab test Rp 6 Juta

Beda lagi di National Hospital, rumah sakit elit di wilayah Surabaya Barat. Untuk swab test, harga yang ditawarkan beragam. Saat itu, salah satu keluarga wartawan Surabaya Pagi juga hendak swab test di National Hospital. Di depan informasi pendaftaran lantai 1 IGD National Hospital, petugas itu memberikan penawaran harga.

“Kalau harga normal disini Rp 2,7 juta. Selesainya 2 hari. Kalau mau lebih cepat, 1x24 jam selesai Rp 4 juta. Sedangkan kalau sore nanti selesai, Rp 6 juta,” jawab salah satu petugas yang ditemui wartawan Surabaya Pagi bersama keluarganya, pertengahan Agustus 2020 lalu.

Saat ditanya Surabaya Pagi, harga semahal itu, petugas itu menjawab, karena mesin PCR sudah dimiliki oleh pihak National Hospital. “Karena kita sudah punya mesin PCR sendiri pak. Jadi kalau mau sehari jadi pun bisa. Yah modal mesinnya juga besar,” celetuk petugas informasi IGD, di depan Surabaya Pagi, saat itu.

Sedangkan penelusuran Surabaya Pagi di rumah sakit yang bisa menyediakan pemeriksaan Swab test, yakni di RS Islam Surabaya Jalan Ahmad Yani dan RS PHC Surabaya. Di RSI Surabaya Jalan Ahmad Yani, petugas laboratorium yang ditemui Surabaya Pagi, menjelaskan, biaya swab test mandiri seharga Rp 1,800,000. Lebih murah ketimbang RS Siloam dan National Hospital.

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Minta Surveyor Gali Informasi untuk Atasi Kemiskinan

Akan tetapi, murahnya di RSI Surabaya, diketahui menggunakan pihak ketiga dalam melakukan pemeriksaan reagen untuk pengecekan test yang diambil dari hidung dan mulut. “Kita pakai pihak ketiga, mas. Itupun jadi sekitar 7 hari,” jawab salah satu customer service RSI Surabaya.

 

Swab Gratis dari Pemkot

Sedangkan, di RS PHC, hanya dipatok seharga Rp 1,700,000. Untuk harga segitu, terbilang cukup murah dibanding dengan RS yang lain. Rumah sakit milik BUMN itu, juga klaim telah memiliki mesin PCR sendiri.

Bila swab test mandiri, bisa mencapai jutaan rupiah. Pemeriksaan swab test yang diadakan dan dibiayai Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, tak dipungut sepeser pun. Hal itu diungkapkan Kepala BPB dan Linmas Irvan Widyanto saat ditemui Surabaya Pagi, Senin (31/8/2020) lalu.

“Hingga akhir Agustus, Pemkot sudah melakukan swab test puluhan ribu warga kota Surabaya, berbagai elemen dan tanpa dipungut biaya sepeserpun. Jadi ini komitmen Pemkot Surabaya dan Bu Risma untuk melakukan 3 T yakni test, tracing dan therapy. Makanya jangan heran, setiap ada hasil positif, kita langsung tracing ketat hingga orang yang melakukan kontak erat pada pasien positif Covid-19,” jelas Irvan.

 

Perhatian Khusus

Temuan di lapangan itu pun hingga Jumat (4/9/2020) menjadi perhatian Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo. Doni mengatakan pihaknya akan melakukan penertiban harga tes PCR ini bersama Kementerian Kesehatan. Satgas juga akan bekerja sama dengan BPKP untuk menetapkan standar harga tes PCR agar tidak merugikan masyarakat maupun pengusaha.

"Kami bicarakan lagi dengan Kemenkes untuk melakukan penertiban dan di sini nanti bisa kita tetapkan berapa harga standar yang kiranya bisa dipatok untuk setiap pemeriksaan spesimen di seluruh Indonesia. Supaya harganya standar," ucap Doni.

 

Baca Juga: DPMPTSP Kota Surabaya Target Capaian Investasi 2024 Rp40 T

RS Ingin Ambil Untung

Selain itu, Doni mengungkapkan ada rumah sakit yang tidak ingin kehilangan pemasukan. Kepala BNPB itu menyebut rumah sakit mengalokasikan ruangan dan ICU khusus Covid untuk pasien non-COVID.

"Rumah-rumah sakit, ternyata juga rumah sakit rujukan Covid, tidak mau kehilangan pendapatan. Jadi yang semula sudah disiapkan untuk rumah sakit bed isolasi dan ICU, ini oleh pihak sakit dialihkan untuk pasien non-COVID, supaya ada pemasukan," ungkap Doni.

Di sisi lain, kesehatan para dokter yang menangani COVID-19, disebut Doni, turut diperhatikan. BNPB menggelontorkan Rp 83 miliar untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan gizi para dokter.

"Termasuk tenaga kesehatan tadi kami laporkan dengan menggunakan dana siap pakai pada beberapa minggu yang lalu telah disalurkan Rp 83 miliar untuk pemenuhan vitamin dan gizi kepada para dokter. Itu segera kami bekerja sama dengan Kemenkes, dengan Bapak Menteri, sehingga dokter bisa mendapatkan asupan gizi tambahan," pungkasnya.

 

Masih Terlalu Mahal

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad meminta hal itu ditelusuri lebih lanjut.

"Saya pikir di tengah pandemi COVID ini kita semua merasakan kesusahan dengan berbagai macam hal. Untuk itu, saya pikir tes itu merupakan hal yang sangat urgen bagi masyarakat, dan kalau harganya masih terlalu mahal, menurut ketua BNPB, seharusnya Gugus Tugas Penanganan COVID dan Pemulihan Ekonomi Nasional bisa segera merespon hal tersebut," kata Dasco, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (4/9/2020).

Dasco menyarankan, sebaiknya ada patokan harga yang ditentukan. Harga yang dipatok itu, sebut dia, tidak boleh membebani masyarakat.

"Sehingga kemahalan-kemahalan PCR atau perbedaan harga-harga PCR itu bisa disamakan, atau minimal ada patokan harga, karena region yang dipakai mungkin berbeda, sehingga masyarakat yang akan melakukan tes PCR juga tidak terbebani secara berlebihan," ujarnya. jk/erk/dna/cr3/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU