Obat Covid-19 Unair 'Siap' Diedarkan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 17 Agu 2020 21:23 WIB

Obat Covid-19 Unair 'Siap' Diedarkan

i

Rektor Universitas Airlangga, Prof. Nasih

Masuk Tahap Izin BPOM, Erick Thohir pun Gandeng Perusahaan Farmasi Besar

 

Baca Juga: Empat Kampus di Surabaya, ikut Bergolak

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Sejak dilakukan konferensi pers terkait temuan kombinasi obat Covid-19 di Mabes TNI AD Jakarta, Universitas Airlangga kembali menjadi sorotan. Pasalnya, temuan kombinasi obat yang mampu menyembuhkan pasien positif Covid-19 itu, sudah masuk tahap izin produksi dan izin edar.

Kombinasi obat temuan tim gabungan antara UNAIR, Badan Intelijen Negara, TNI AD, dan BPOM tersebut merupakan sebagai obat Covid-19 pertama di dunia.

Prof. Nasih menjelaskan, bahwa obat tersebut merupakan kombinasi dari berbagai macam obat, namun oleh BPOM dianggap sebagai sesuatu yang baru. “Tentu karena ini akan menjadi obat baru, maka diharapkan ini akan menjadi obar Covid-19 pertama di dunia,” ujarnya.

Untuk mempercepat proses rilis kombinasi obat tersebut, Prof. Nasih meminta kepada pihak TNI, Polri, BIN, IDI, Ikatan Apoteker Indonesia, Kimia Farma, serta Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, mau bahu membahu dan membuang ego sektoral masing-masing. “Menurut hemat kami, yang selama ini menghambat proses pengadaan obat asli Indonesia itu adalah adanya ego sektoral. Hal itu yang selama ini menyebabkan prosesnya panjang,” imbuhnya.

Prof. Nasih kembali menjelaskan, bahwa rujukan dari obat kombinasi yang ditemukan oleh tim gabungan menjadi obat Covid-19 tersebut merupakan berbagai macam obat tunggal yang telah diberikan kepada pasien Covid-19 di berbagai belahan dunia.

Kesimpulannya, terdapat tiga kombinasi obat yang ditemukan oleh UNAIR dan telah melaksanakan uji klinis. Pertama yaitu Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromyci.

“Awalnya lima kombinasi, kemudian ada saran untuk mengambil tiga kombinasi terbaik saja, yang dampaknya paling besar. Akhirnya kami ambil tiga tersebut karena efektivitasnya mencapai 98%, dan kami lakukan uji klinis dengan mengujinya secara acak di lapangan,” jelas Prof. Nasih.

Dalam melaksanakan uji klinis obat kombinasi tersebut, tim Unair tidak hanya melakukan pada satu pihak dan satu tempat saja, melainkan hingga 13 center. “Secara keseluruhan kami hanya ada satu tim, namun di beberapa daerah kami ada beberapa kelompok yang kami sebar menjadi 13 center, karena kami melakukan uji klinis untuk obar itu,” imbuhnya.

 

BPOM Diminta Percepat

Selaku Rektor Universitas Airlangga, Prof. Nasih berharap kepada pihak BPOM untuk

Baca Juga: Aksi Ksatria Muda Airlangga, Tandingan UNAIR Memanggil?

memperlancar izin produksinya. Sehingga obat tersebut dapat diproduksi secara massal untuk kepentingan masyarakat Indonesia.

“Kami sudah diminta oleh Kimia Farma dan Lembaga Biologi TNI AD untuk menjelaskan

petunjuk teknis dalam memproduksi obat kombinasi tersebut. Sehingga kami berharap kepada BPOM untuk dapat memperlancar izin produksi obat tersebut,” pungkasnya.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito menjelaskan, pihaknya akan membeberkan hasil penelitian Selasa (18/8/2020) hari ini. "Akan ada penjelasan fakta dari Badan POM hari Selasa (18 Agustus 2020)," kata Penny.

 

85 Persen Sembuh

Sebelumnya, Deputi VII Badan Intelijen Negara Wawan Hari Purwanto menyebut telah menguji pengembangan obat Covid-19 itu kepada 1.308 orang pasien positif virus corona di Secapa AD, Jawa Barat. Dari hasil penelitian itu, dia mengklaim 85 persen dinyatakan sembuh.

Baca Juga: Keresahan atas Pelaksanaan Pilpres 2024, Dirasakan juga oleh Puluhan Dosen Unair dan Unesa

Uji klinis dilakukan pada 7 Juli hingga 4 Agustus, protokol uji klinis klinis telah mendapatkan persetujuan pelaksanaan uji klinik (PPUK) oleh BPOM dengan Nomor PP.01.01.1.3.07.20.06.

Dengan mengevaluasi hasil pemeriksaan klinis pada fungsi liver, fungsi ginjal, dan ECG, obat Covid-19 ini diklaim elatif aman diberikan. Obat ini juga diklaim menurunkan badai sitokin, menormalkan keadaan trombositopenia, dan limfopenia sebelum dan tujuh hari setelah penggunaan obat.

Wawan mengklaim, obat Covid-19 tersebut sudah final dan saat ini berada di bawah kendali BPOM untuk langkah selanjutnya. "Obat ini sudah final, sekarang sudah dalam tahap uji klinis di bawah kendali BPOM, dan alhamdulilah hasilnya bagus," ujarnya.

Lebih lanjut, Wakil Ketua Komite Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Andika Perkasa mengatakan, penyerahan laporan uji klinis tersebut sudah disampaikan kepada Erick Thohir selaku Ketua Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Andika mengatakan, rencananya ia akan melakukan pertemuan dengan Kepala BPOM pada Rabu pekan depan, dalam rangka mempercepat memperoleh izin edar terhadap obat tersebut.

Dalam acara tersebut hadir juga sejumlah pemangku kepentingan di antaranya Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid, Direktur Utama PT Kimia Farma Verdi Budidarmo, Ketua Umum IDI Daeng M Faqih, Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy, serta perwakilan dari BPOM, organisasi apoteker, dan undangan lainnya. byt/jk/erk/ce/ana

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU