Podcast dan Kopilaborasi, Program OPOP Jatim

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 30 Sep 2020 07:59 WIB

Podcast dan Kopilaborasi, Program OPOP Jatim

i

One Pesantren One Product Jawa Timur

Baca Juga: Pj Gubernur Adhy Pastikan Kebutuhan Dasar Terpenuhi dan Masyarakat Terlindungi

SURABAYAPAGI.com, Surabaya – Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada perubahan anggaran pendapatan belanja daerah (P-APBD) tahun 2020 mengalokasikan tambahan sebesar Rp 8 Miliar untuk dinas Komunikasi dan Informasi Jatim. Sebagian dari tambahan anggaran tersebut digunakan untuk kepentingan program OPOP (One Pesantren One Product) yang dicanangkan Gubernur Khofifah tahun 2019 lalu.
 
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Jatim, Benny Sampirwanto mengatakan alokasi anggaran untuk beberapa program baru OPOP. “Anggaran tersebut memang ditempatkan di Dinas Kominfo untuk keperluan sosialisasi dan publikasi OPOP Jatim,” terang Benny, Selasa (29/9/2020).
 
Penggunaan anggaran untuk publikasi melalui Podcast (radio online) serta Kopilaborasi dengan beberapa pesantren yang dinilai tim OPOP layak dipublikasikan. Ini karena masing-masing pondok pesantren itu berbeda dalam hal bidang kekuatan usaha. Ada yang usaha air dalam kemasan, ada pengelolaan bahan pangan hasil perikanan, mengolah sabun dan konveksi. “Pondok pesantren yang sudah berhasil ini yang dipilih oleh tim OPOP pantas untuk dipublikasikan,” jelasnya.
 
Tujuannya, kata Benny, agar masyarakat biar tahu, kemudian antar pondok pesantren termotivasi untuk melakukan keberhasilan hal yang sama. “Kita sudah terplaning dengan baik mana saja ponpes yang berhasil dan menjadi narasumber untuk sosialisasi OPOP ini selain untuk meningkatkan pesantren unggulan agar berkontribusi yang lebih besar lagi kepada masyarakat luas secara ekonomi dan kesejahteraan,” papar mantan Kepala Biro Humas Protokol Pemprov Jatim ini. 
 
Jangkauan publikasi dari OPOP yang terdiri dari Santripreneur, pesantrenreur dan sosiopreneur. Sehingga pada kegiatan Podcast diperuntukkan pada 12 pondok pesantren. Podcast itu sendiri diambilkan narasumber dari pengasuh ponpes, alumni pesantren dan pelaku usaha di lingkungan pesantren yang telah berhasil bisnisnya.  “Podcast ini semacam Radio Online. Yang kemudian hasilnya kita bisa pasang ke Radio-radio serta media social,” paparnya. 
 
Sedangkan Kopilaroborasi secara anggarannya lebih besar daripada podcast. Ini nanti dikemas Semacam talkshow. Salah satunya mengangkat Tema kemandirian pangan berbasis pesantren dari akademisi, perbankan, tim OPOP dan pesantren di Nganjuk yang konsen di pertanian organic. “Audiensi kopilaborasi itu selain pesantren juga santri se Jawa timur juga masyarakat umum,” sebutnya.
 
Dinas Kominfo mendukung upaya agar OPOP ini berhasil menciptakan santripreneur sebanyak mungkin di Jawa Timur. Sebab banyak pesantren yang sudah memiliki produk tapi belum terpublikasi secara luas. Sehingga perlu dilakukan inovasi terkni seperti menggunakan podcast dan kopilaborasi. “Kita juga menyiapkan produk promosi dan informasi. Seperti video profile yang ditayangkan di Youtube, flyer dan medsos serta website,” pungkasnya. (rko)
 

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU