Risma, Diduga Lukai Bambang DH dan Whisnu Sakti

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 17 Nov 2020 22:32 WIB

Risma, Diduga Lukai Bambang DH dan Whisnu Sakti

i

Sorotan Wartawan Muda, Raditya Mohammar Khadaffi

Sorotan “Kebaikan” Risma yang Diusung Paslon Eri-Armuji (14-habis)

 

Baca Juga: Panglima TNI Bicara Bahan Pokok dan Politisasinya

Pilkada serentak tahun 2020 di Surabaya, saya nilai ada keanehan sosiologis dan politis. Paslon Eri Cahyadi-Armuji, membuat tagline “Meneruskan kebaikan Risma.”

Sebagai jurnalis muda yang juga belajar marketing. membaca baliho, spanduk dan brosur dengan tagline seperti itu saya bertanya apa mas Eri dan cak Armuji, tidak punya konsultan marketing yang cerdas?

Tagline Eri-Armuji, seperti mengkultuskan individu Risma? Cara seperti ini, bagi pemilih milenial, paslon Eri-Armuji, bisa dianggap gagal paham tentang eksistensi seorang politisi berintegritas.

Dalam  kamus bahasa inggris, tagline artinya slogan untuk promosi. Tagline bisa diigunakan untuk slogan  individu atau produk tertentu.

Eric Swratz, seorang penulis dan ahli brand tagline mendefinisikan tagline sebagai susunan kata yang diringkas. Umumnya tagline tidak lebih dari 7 kata dan diletakkan untuk mendampingi sebuah produk.  Ini karena tagline  mengandung pesan brand yang kuat ditujukan kepada target audience tertentu. Untuk daya tarik.

Orang marketer politik pun mengakui tagline adalah senjata andalanya untuk menarik perhatian publik  dengan goal meraih rasa penasaran. Rasa ingin tahu ini yang kemudian berbuah menjadi daya beli untuk produk-produk tersebut.

Nah, pertanyaannya, apakah bu Risma ini individu yang super women, sehingga mas Eri dan Cak Armuji, begitu terpesona pada sosok bu Risma?

Bagi saya jurnalis muda yang arek Suroboyo seperti Cak MA, Bu Risma, adalah manusia biasa, bukan nabi. Ia juga bukan cucu nabi Muhammad SAW, seperti yang saat ini jadi viral atas sosok habib Rizieq.?

Sebagai manusia biasa, bu Risma tidak bisa diklaim sarat dengan kebaikan-kebaikan semata. Apalagi bu Risma pejabat politik dan publik yang kelola APBD lebih Rp 10 triliun lebih. 

Sebagai pejabat publik, bu Risma, juga punya hoping antara lain daoke-daoke besar. Informasi yang saya peroleh, salah satu bos besar yang dikenal bu Risma adalah seorang pengembang besar di Surabaya.

Jadi, makna kebaikan yang dijadikan tagline paslon nomor 01, perlu ditanyakan dengan kakikat kebaikan seorang manusia.

Di antaranya ialah membuat orang lain menjadi lebih baik. Pertanyaannya, apakah Risma, yang dipromosikan Bambang DH menjadi wali kota tahun 2010, menebar kebaikan-kebaikan? 

 

***

 

Dan pada periode kepemimpinan kedua, apakah Risma, juga memberi kebaikan kebaikan pada Whisnu Sakti Buana, wakil wali kota Surabaya?

Terhadap Bambang DH dan Whisnu, saya sudah klarifikasi pada keduanya secara terpisah. Bambang DH bila ditanya soal Risma, langsung berteriak ‘’Oh itu mak lampir.’’ Suami Dyah Katarina ini tidak mau bertemu Risma, karena sebagai senior di Pemkot, dirinya pernah dilukai.

Sedangkan saat diklarifikasi ke Whisnu, anak tokoh PDIP Ir. Sutjipto (Alm),  cemberut. Hampir semua pejabat kepala dinas menilai Whisnu, tidak diberi porsi yang proporsional sebagai orang kedua. Justru Eri Cahyadi, Kepala Bappeko yang sering dipercayai.

Baca Juga: Rumah Biliar Berkedok Latihan Olahraga, Diduga Permainan Pejabat

Isu tentang hubungan Risma-Whisnu, justru Armuji, kader PDIP yang memberi kesan, Whisnu tahun terakhir ini kurang direken (perhatikan) oleh wali kota Risma.

Dari klarifikasi dua pejabat di Pemkot Surabaya, menurut saya, Risma, belum bisa dianggap orang yang membuat orang lain menjadi lebih baik. Dan boleh dicitrakan dirinya sendiri orang baik dan ingin menjadi lebih baik lagi. Sampai di mana? Rasanya tidak ada batasnya. Di atas langit masih ada langit.

Dalam politik praktis, yang saya tahu kebaikan itu ialah menggunakan haknya di dalam pilkada. Dalam perkara kebaikan politik praktis, saya mencatat sedikitnya ada tiga macam kebaikan yang perlu ditegakkan.

Pertama orang baik acapkali percaya bahwa yang terbaik adalah paslon yang menang dalam pencoblosan tanggal 9 Desember nanti. Kedua, mereka yang datang ke TPS dengan keyakinan bahwa dia tahu siapa yang terbaik yang bakal dicoblosnya. 

Ketiga juga percaya kepada yang sebaliknya, yaitu yang terpilih dengan suara terbanyak yang terbaik. 

Jadi orang-orang baik dengan pilihannya itu lebih banyak daripada orang-orang baik lainnya dengan pilihannya. Itulah menurut saya moral politik demokrasi. 

Orang baik adalah orang yang sangat menghormati suara terbanyak dan sangat percaya bahwa suara rakyat ialah suara Tuhan, 

Demikianlah setelah pilkada serentak, orang baik adalah yang memuliakan hakikat kebaikan manusia dan meninggalkan hakikat keburukan manusia. Saya yakin tidak ada manusia yang sempurna. Termasuk Risma? 

 

***

Baca Juga: Hak Angket, Adu Okol

Saya minggu lalu pernah menemui 10 warga kota yang usianya sebaya saya. Pertanyaan saya kepada mereka, wali kota Risma sekarang ini punya kebaikan apa saja? 8 teman menjawab sambil bergurau “Tanya ae ke Eri-Armuji”? Paslon 01 ini suruh beberkan kebaikan Risma sekaligus keburukannya.

Bila Eri-Armuji, tak bisa atau tak mau menjelaskan keburukan Risma, bisa jadi paslon 01 sudah tidak menganggap Risma, manusia biasa?

Hal yang saya dalami dari literatur Islam, manusia itu digambarkan sebagai suatu makhluk yang semi-samawi dan semi-duniawi.

Artinya di dalam diri setiap manusia ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam semesta. 

Selain itu, manusia juga dilengkapi kecenderungan ke arah kabaikan dan keburukan. Jika mereka mampu mendekatkan diri dan mengingat Tuhannya, maka ia berada di arah yang baik, akan tetapi jika ia menjauhi-Nya maka ia berada dalam keburukan. Selain itu mereka juga mempunyai kapasitas yang tidak terbatas untuk belajar atau menuntut ilmu maupun menerapkannya.

Nah, saya tidak tahu apakah wali kota Risma, sejauh ini menjauhi perintah-perintah kebaikan dari Allah Yang Maha Pencipta? Apakah melakukan pembiaran-pembiaran terhadap Whisnu Sakti itu, Risma menjauhi ajaran Allah?.

Apakah menghamburkan uang APBD untuk membangun dua jembatan Suroboyo dan Bambu Mangrove, perilaku kebaikan atau keburukan. Ini ternyata sampai diresmikanbya dua jembatan ini belum memberi manfaat kepada masyarakat. Apalagi menyumbang retribusi kepada Negara.

Janji merampungkan urusan Surat ijo saat kampanye pada tahun 2015, pantaskan dianggap wali kota Surabaya Risma, mempertontonkan keburukannya?

Pernah ada satu penelitian dari Unibraw Malang bahwa cukup banyak warga kota yang kecewa atas pelayanan publik di lingkungan pemerintahan, seperti di kelurahan atau kecamatan. Termasuk tempat hiburan untuk anak-anak dinilai masih sangat kurang terfasilitasi.

Apalagi di bidang infrastuktur. Dalam penelitiannya, ada  32 persen dari 250 responden warga kota Surabaya asli kecewa atas kebijakan Risma. Misalnya pengerjaan gorong-gorong yang menyebabkan macet dan tidak dapat meminimalisir banjir, sehingga pengendalian banjir masih belum maksimal. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU