Sekolah Daring Sudah Telan 2 Anak

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 22 Sep 2020 21:06 WIB

Sekolah Daring Sudah Telan 2 Anak

i

Simulasi sekolah daring

 

Sampai Semalam, DPRD Surabaya, Belum Mendapat Laporan Kekerasan Ibu di Surabaya, Seperti yang Terjadi di Jakarta dan Pare-pare

Baca Juga: Gibran Absen di Otoda 2024 Surabaya, Mendagri Tito Bocorkan Alasannya

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Siapa yang mengira pelajaran daring saat pandemi virus Covid-19 , bisa menelan korban anak-anak. Pelakunya ibu kandung sendiri, karena jengkel pada anaknya yang tidak bisa mengikuti pelajaran daring oleh sekolah. Para pendidik Jakarta dan Surabaya, memberi warning pada semua orangtua. Terutama ibu-ibu.

Praktis, sampai kini pembelajaran jarak jauh disorot sebagai belum efektif diserap para peserta didik di Indonesia. Pasalnya proses belajar secara daring belum sepenuhnya dipersiapkan secara matang oleh pemerintah pusat.

Baru-baru ini sebuah video seorang ibu di Parepare, Sulawesi Selatan kepergok menyiksa anaknya sendiri sampai lebam lebam di tangan dan badan. Setelah ditangani oleh kepolisian, terungkap, bila ibu yang berinisial SV menyiksa karena anaknya susah mengikuti kegiatan belajar secara daring.

Motifnya, saat diungkap oleh Polres Pare-pare Sulsel, ibu berinisial SV itu jengkel karena ditegur oleh pihak sekolah. Selama dua minggu, anaknya yang sedang dititipkan di rumah tantenya tidak sekolah daring.

Video penyiksaan viral itu, direkam sendiri oleh ibunya, SV. Sementara anak perempuannya tak berdaya mendapat penganiayaan dengan luka lebam di wajah dan badannya. Bahkan, sesekali ibunya menjambak rambut sang anak.

Tak hanya di Pare-pare, Sulsel. Sebelumnya juga terjadi penganiayaan kepada anak oleh ibunya di daerah Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Barat, DKI. Bahkan anaknya yang baru masuk kelas 1 SD, meninggal dunia karena dianiaya dengan sapu lidi.  Anak berinisial KS itu baru menuntaskan tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Penyebab dua peristiwa ini sama, karena anaknya tidak bisa mengikuti sekolah daring.

 

Karena Sekolah Daring

Hal ini membuat beberapa pemerhati Pendidikan, anak-anak dan psikolog pun bersuara, diantaranya Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Dr. Ike Herdiana, M.Psi.,Psikolog, Dr. Naylatin Fauziyah, S.Psi. M.Si. M.Psi selaku Ketua Program Studi Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, serta dua wakil rakyat Surabaya yakni Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, Khusnul Khotimah dan Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, Ajeng Wira Wati yang dihubungi Surabaya Pagi, secara terpisah, Selasa (22/9/2020).

Rita Pranawati sangat menyesalkan kasus penganiayaan anak ditengah sekolah daring dalam kondisi pandemi Covid-19. Apalagi bila dipicu karena anak mengalami kesulitas memahami pelajaran saat proses belajar daring di rumah.

"KPAI prihatin dengan kekerasan yang dilakukan orang tua yang keduanya berumur 24 tahun terhadap anaknya yang delapan tahun. Kasus ini menjadi pengingat bagi orang tua dan penyelenggara pendidikan untuk mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak selama proses belajar dari rumah," kata Rita, Selasa (22/9/2020).

Untuk itu, tambah Rita, penting bagi orang tua untuk memahami kondisi psikologis dan fase tumbuh kembang anak. Korban adalah siswa kelas I sekolah dasar yang sebelumnya mengenyam pendidikan anak usia dini.

 

Alami Kebosanan

Anak yang masih berusia dini itu mengalami kebosanan luar biasa selama pandemi Covid-19 sehingga perlu didampingi dan dibantu orang tua agar dapat menjalani proses pendidikan dan tumbuh kembang dengan baik.

"Contohnya, kasus di Benhil Jakarta, yang masih kelas I SD. Tentu memerlukan proses adaptasi dari jenjang PAUD ke sekolah dasar. Dalam situasi pandemi, anak masih beradaptasi untuk mengerti sekolahnya sudah berganti, begitu juga dengan teman dan guru-gurunya," kata Rita.

Selain itu, secara akademik, anak-anak juga mulai beradaptasi pada sistem yang lebih teratur dalam aspek akademik. Belum lagi tuntutan kemampuan baca tulis dan hitung yang sering kali dipaksakan, padahal secara kurikulum ada penyederhanaan yang seharusnya diterapkan selama pandemi Covid-19.

"Orang tua tidak dapat memaksakan anak menurut sesuai keinginan orang tua. Bila mengalami kesulitan, sebaiknya orang tua berkoordinasi dan berkomunikasi dengan guru agar anak tidak menjadi korban," kata Wakil Ketua KPAI itu.

 

Baca Juga: SK Kwarda Jatim Terbit, Semangat Baru Bagi Pramuka Jawa Timur

Hal Baru Bagi Orang Tua

Sedangkan, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Dr. Ike Herdiana, M.Psi.,Psikolog menyoroti bila keluhan orang tua dalam membantu anak belajar secara daring sudah banyak di dengar. Mereka para orang tua seperti ini karena tidak terbiasa bahkan tidak bisa melakukan manajemen kepada anak dan keluarganya.

"Keluhan orang tua stres akibat hal tersebut sudah banyak saya dengar, dengan kondisi pandemik itu keluhan stres tersebut kemudian menjadi hal yang common. Karena tidak hanya satu dua orang yang mengalami, tapi banyak. Hal ini karena mereka, orang tua gagal beradaptasi dengan situasi yang berubah seperti ini," kata Dr. Ike Herdiana, kepada Surabaya Pagi (22/9/2020).

Tindakan kekerasan dipicu oleh stres yang dialami orang tua karena tugasnya yang menjadi bertambah dengan adanya anak yang harus belajar di rumah. Dalam situasi seperti ini, tidak sedikit rumah tangga harus memulangkan asisten rumah tangga sehingga pekerjaan rumah tangga harus di handle oleh ibu.

"Ditambah, Orang tua mengalami kesulitan memanage waktu, sulit mengelola tugas domestik/tugas pekerjaannya (bagi perempuan bekerja) masih harus ditambah mendampingi anak sekolah daring, tidak adanya pembagian peran yang seimbang antara suami dan istri, sehingga pekerjaan numpuk di istri," terangnya.

 

Psikologis Anak

Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, Khusnul Khotimah mengungkapkan bila proses belajar daring juga berdampak pada psikologis anak-anak terutama pada sektor kejenuhan. "Kami kemudian memberikan saran kepada dinas pendidikan agar memberikan materi yang proposional dan sesuai dengan kondisi yang ada," ungkap Khusnul Khotimah, Selasa (22/9/2020).

 

Belum Ada Aduan di Surabaya

Sejauh ini, Khusnul mengatakan bila belum ada laporan tertulis yang masuk ke DPRD Kota Surabaya mengenai tingkat kejenuhan orang tua. "Secara lisan di lapangan, rata-rata orang tua menyampaikan bahwa jenuh. Mereka juga sudah kembali bekerja dan kesulitan untuk membagi waktu," katanya

Baca Juga: Polisi Menetapkan 5 Orang Sebagai Tersangka

Politikus PDIP ini juga berharap bila kasus yang terjadi di Sulawesi dapat menjadi pelajaran bagi para ibu. "Kasus yang ada di Sulawesi membuat kita belajar bahwa sejati nya ibu ingin yang terbaik untuk putera putrinya. Hanya saja mungkin ada masalah pribadi sehingga muncul psikososial yang didapat dari dampak pandemi," harapnya.

Pihaknya juga memastikan bila semua yang telah disiapkan sudah sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini. "Seiring dengan keterlibatan partisipasi publik dengan memberikan masukan kepada kami dan dinas pendidikan sehingga saling bersinergi agar anak tidak memiliki beban," terangnya.

 

Peran Aktif Dindik Jatim

Senada dengan hal tersebut, Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, Ajeng Wira Wati mengatakan bahwa DPRD Kota Surabaya memastikan Dinas Pendidikan untuk mensosialisasikan keputusan Mendikbud mengenai pelaksanaan kurikulum dalam kondisi darurat. "Jangan sampai ada di Surabaya dengan memastikan dinas pendidikan untuk melakukan sosialisasi SKB 4 Menteri dan keputusan Mendikbud mengenai pedoman pelaksanaan kurikulum kondisi darurat dengan 8 prinsip pembelajaran," katanya.

Politisi Gerindra ini juga menerangkan bila kondisi zona pada peta demografi di Kota Surabaya yang berwarna orange masih menimbulkan kekawatiran.

 

Konsultasi Hotline DP5A

Ia menyarankan kepada keluarga yang terdampak Covid - 19 untuk berkonsultasi dengan hotline yang sudah tersedia. "Surabaya yang saat ini zona orange, masih menimbulkan kekawatiran, maka bisa menggunakan fasilitas konsultasi keluarga dampak covid, sudah ada hotlinenya di DP5A," terangnya.

Perlunya ada interaktif agar anak-anak tidak mengalami kebosanan selama masa proses pembelajaran jarak jauh, nampaknya menjadi beban baru bagi keluarga, sebab tidak sedikit permasalahan ekonomi yang menjadi penyebabnya.

"Permasalah ekonomi memang menjadi permasalahan, dari pemerintah juga aktif memberikan bantuan. RT/RW juga harus aktif melihat warga nya yang mengalami kesusahan segera melaporkan ke kelurahan agar cepat tertangani," pungkasnya. byt/jk/erk/cr3/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU