Mayoritas Bakul Sayur di Surabaya, Siasati Trik Tingginya Harga Cabai

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 04 Jan 2024 20:51 WIB

Mayoritas Bakul Sayur di Surabaya, Siasati Trik Tingginya Harga Cabai

i

Pedagang sedang mensortir cabai yang baru tiba di lapak Pasar Keputran Surabaya, Kamis (4/1/2024).

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Hingga awal Januari 2024, harga cabai di Surabaya dan sekitarnya masih bertengger pada tingkat yang tinggi, yakni mencapai Rp 100-150 ribu per kilogramnya. Meski begitu, konsumen masih tetap mencarinya. Bahkan, untuk menyiasati, sampai-sampai para pedagang sudah mengepak per 50 gram hingga 100 gram.

Ini setelah tim wartawan Surabaya Pagi memantau langsung di Pasar Pucang Anom dan Pasar Wonokromo, pada Kamis (4/1/2024) siang kemarin. Untuk di Pasar Pucang sendiri, di beberapa lapak pasar, cabai rawit dan cabai keriting mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per kilogramnya. Namun, ada beberapa yang menjual Rp 55 ribu hingga Rp 70 ribu per kilogramnya. Sedangkan di Pasar Wonokromo, harga cabai masih cukup tinggi, dengan harga jual Rp 58 ribu hingga Rp 68 ribu per kilogram.

Baca Juga: Kota Surabaya Raih Skor Tertinggi, Penghargaan Penyelenggaraan Pemerintah Berkinerja Tinggi

Meskipun demikian, beberapa pedagang mengaku kenaikan harga cabai di akhir tahun dan awal tahun 2024 ini sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan, sudah terjadi setiap tahunnya.

"Ya sudah biasa (mahal), mbak. Setiap tahun kayak gini. Tapi meski naik yah banyak yang cari," kata salah satu pedagang sayur mayur di Pasar Wonokromo, yang meminta namanya tidak dipublikasikan, saat ditemui Surabaya Pagi, di lapaknya, Kamis (4/1/2024).

Senada juga diungkapkan Endang, pedagang sayur mayur di Pasar Pucang Anom yang berjualan di Blok D, Pasar Pucang Anom. Menurut Endang, harga cabai-cabaian masih tinggi di awal tahun 2024 ini. Mulai cabai rawit, cabai keriting, dan cabai besar. Meski masih mahal, konsumen masih tetap mencari.

"Lha ini masih Rp 100 ribuan mas, per kilogramnya. Tapi denger-denger di Pasar lain, ada yang Rp 60 ribu atau Rp 70 ribuan per kilogramnya," ucap Endang, ditengah tumpukan sayur mayurnya.

"Masio mahal, wong-wong yah butuh, masih nggoleki. Tapi, konsumen belinya ngecer, kadang satu ons (100 gram), seprapat (250 gram). Malah ada lho mas, sing beli Rp 5 ribu, yah tak wenehi sak njuput. Gak onok setengah ons paling. Kene sing penting tetep ngelayani," jelas Endang.

Selaras apa yang dilakukan Endang di Pasar Pucang Anom, juga dilakukan dengan Limin, pedagang sayur keliling berusia 60 tahunan di Pasar Wonokromo. Limin mengaku sedikit terbebani dengan harga tinggi cabai. Banyak dari pelanggannya yang rata-rata ibu rumah tangga itu, menawar harga jual cabai yang ditawarkan.

"Saya jualnya perbungkus mbak, saya bungkus pakai plastik gini ini (kira-kira 100 gram) harganya 9 ribu. Harga segitu untungnya mepet mbak. Belum juga bensin buat muter-muter jualan," pungkas Limin.

 

Penurunan Produktivitas

Masih "pedas"nya harga cabai di Surabaya sekitarnya bahkan di beberapa pasar se-Jawa Timur, juga diakui oleh Pemprov Jawa Timur. Dari data yang diberikan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Jatim, Kamis (4/1/2024), masih tinggi, meski mengalami penurunan sedikit.

Hal ini dikarenakan adanya penurunan komoditas cabai besar di kalangan petani pada bulan Januari 2024 ini. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya luas panen (sebesar 14%) dan produktivitas (sebesar 37%). Hal serupa juga terjadi pada cabai rawit, dengan produksi turun 54% dibanding tahun sebelumnya, yang dipicu oleh penurunan produktivitas hingga 83%. Dengan produksi yang terus menurun tersebut, menyebabkan harga cabai tetap tinggi.

Pada 16 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, harga cabai rawit di tingkat produsen atau petani sendiri mencapai Rp 62.233 per kilogramnya. Namun, harga tersebut masih diatas Harga Acuan Pasar (HAP) sebesar 86%.

Baca Juga: Permintaan Tinggi, Imigrasi Kelas I Surabaya Tambah Kuota M-Paspor 200 Slot Per Hari

 

Naiknya Biaya Produksi

Ir Dydik Rudy Prasetya, MMA, Kepala Distan dan KP Provinsi Jawa Timur, saat dihubungi Surabaya Pagi, Kamis (4/1/2024) menyampaikan bahwa harga cabai masih di atas Harga Acuan Pasar (HAP) karena penurunan produksi yang signifikan.

Penyebab lainnya adalah kenaikan biaya produksi, terutama untuk pupuk dan pestisida, serta adanya kejadian El Nino yang mengakibatkan penundaan penanaman di daerah produksi cabai.

"Jadi memang ada penurunan di produksi beberapa bulan terakhir ini. Apalagi adanya kejadian El Nino, membuat petani menunda panennya," kata Dydik, yang dihubungi melalui sambungan selulernya, Kamis, (4/1/2023).

 

Intervensi Pemprov Jatim

Baca Juga: KPU Kota Surabaya Mulai Seleksi Calon Anggota PPK dan PPS Pilkada 2024

Dydik mengaku, untuk mengatasi situasi ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur telah mengambil berbagai langkah. Pihaknya melakukan intervensi dengan mengadakan pasar murah dan mendorong kegiatan pekarangan pangan lestari.

"Pemprov sering mengadakan pasar murah dibeberapa daerah di Jatim. Kami juga mengagas kegiatan pekarangan pangan lestari yang di lingkungan perkampungan," ujarnya.

Selain itu, menurutnya dalam upaya mengurangi ketergantungan pada cabai segar, Distan dan KP Provinsi Jawa Timur telah menyediakan fasilitas seperti Dome Dryer dan peralatan pengolahan untuk menghasilkan produk olahan seperti cabai kering, bubuk cabai, dan pasta.

Sementara harga cabai masih tinggi, langkah-langkah dari pemerintah diharapkan dapat memberikan sedikit kelonggaran bagi konsumen serta membantu petani untuk tetap berproduksi meskipun dalam situasi sulit ini.

Sementara, Dydik juga memberikan data pada Surabaya Pagi, produksi cabai dalam 5 bulan terakhir mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perkembangan produksi cabai rawit bulan Nopember 2023 mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya sebesar 41%. Apabila dibandingkan tahun 2022 pada bulan yang sama produksi cabai rawit mengalami penurunan sebesar 54% yaitu dari 60.956 ton menjadi 28.102 ton, kondisi ini dipicu oleh penurunan provitas yang sebesar 83%.

Namun ketersediaan pada bulan Nopember masih surplus sebesar 21.189 ton. Demikian pula potensi ketersediaan di bulan Desember surplus sebesar 15.241 ton. ain/ril/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU