Waspadai! Sindrom Pasca Liburan, Post Holiday

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 15 Apr 2024 21:43 WIB

Waspadai! Sindrom Pasca Liburan, Post Holiday

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Saat ini sudah menjadi tradisi masyarakat urban di kota-kota besar di Indonesia, mudik adalah hajatan yang berlangsung setiap tahun menjelang perayaan Lebaran.

Dalam dua dekade terakhir ketika lonjakan jumlah pemudik semakin tinggi, pemerintah makin peduli . Pemerintah menjalankan fungsi sebagai regulator sekaligus penyelenggara layanan, fasilitas, dan infrastruktur mudik.

Baca Juga: Pak Jokowi, Ngono Yo Ngono, Ning Ojo Ngono

Termasuk mudik-mudik gratis oleh sejumlah instansi yang dalam beberapa tahun terakhir banyak diminati.

Sudut pandang saya, mudik memang bukan perhelatan kaleng-kaleng. Ini terindikasi jumlah pemudik setiap tahun mencapai puluhan bahkan ratusan juta orang. Akhirnya moda transportasi untuk pengangkut pemudik, tersedia jutaan jumlahnya.

Juga, ada potensi perputaran uang dari aktivitas mudik. Jumlahnya puluhan hingga ratusan triliun rupiah.

Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Ahmed Zaki Iskandar memproyeksikan, pergerakan ekonomi atau perputaran uang selama periode mudik Lebaran mencapai Rp 386 triliun.

 

***

 

Tercatat pemudik dari Jakarta tahun ini ditaksir sekitar 60-70 persen dari penduduk Jakarta, yaitu sekitar 7 sampai 8 juta. Mereka ada yang mudik gunakan angkutan pribadi.

Berdasarkan data pada H-4 , jumlah mobil yang keluar dan masuk Jabodetabek melalui jalan tol Jasamarga, tercatat sebanyak kendaraan 789.132 dan 3.945.660 orang.

PT Angkasa Pura II melaporkan jumlah pergerakan penumpang pesawat di 20 bandara yang dikelola mencapai 1,86 juta orang . Ini sepanjang arus mudik pada 3—9 April 2024 (H-7 hingga H-1).

PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 1 Jakarta mencatat pada mudik lebaran 2024, sebanyak 370.872 orang yang berangkat dari Jakarta ke berbagai kota tujuan di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat pada periode 31 Maret – 8 April 2024.

Sementara di Surabaya, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya memprediksi hampir 50 persen warga akan mudik Lebaran, tapi kepadatan di tempat wisata tetap terjadi.

Tercatat sebanyak 25.603 ribu pemudik meninggalkan Surabaya naik KA, pada H-5 Lebaran 2024. Dari data tersebut, keberangkatan penumpang terbanyak di Stasiun Surabaya Gubeng.

Dari total 25.603 pemudik, 9.280 penumpang bepergian dari Stasiun Surabaya Gubeng, dari Stasiun Surabaya Pasarturi sebanyak 7.613 penumpang, dan Stasiun Malang 4.951 penumpang.

Sementara yang mudik gunakan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) terjadi pada 7 April 2024.

Dari tujuh terminal layanan bus AKAP yang disiapkan Dishub DKI, total ada 18.984 penumpang berangkat ke luar Jakarta pada puncak arus mudik bus AKAP tersebut.

di Bandara Juanda terdapat 89 kedatangan pesawat domestik dengan jumlah penumpang 14,722 dan cargo seberat 21,941 kg. Sedangkan keberangkatan pesawat domestik sebanyak 90 dan jumlah penumpang keberangkatan domestik sebanyak 8,195.

 

***

 

Mudik, dalam akal sehat saya mirip 'hajatan' superbesar di negeri berpenduduk 270 juta lebih. Uniknya berlangsung tanpa panitia.

Saat di kampungnya, yang dilakukan kangen-kangenan, silahturahmi sampai Halal Bihalal.

Mudik, kayak sudah menjadi satu siklus yang wajib diselenggarakan entah bagaimanapun kondisinya, termasuk saat covid-19.

Tahun 2024 ini Presiden Joko Widodo, malah ikut "mudik" ke Medan, menengok anak-cucu dan menantu.

 

Baca Juga: Jokowi vs Mega, Prabowo vs Mega = Kekuasaan

***

 

Menurut pengalaman berlebaran bersama keluarga, aktivitas mudik adalah puncak dari kebahagiaan seseorang. Oleh sebab itu, akal sehat saya berpesan kepada pemerintah lindungi masyarakat yang melakukan mudik dengan nyaman dan bahagia.

Saat menyaksikan liputan mudik dari beberapa TV swasta, saya terharu melihat orang tua bersama anak anaknya yang masih kecil melakukan mudik.

Beda dengan saya yang tidak ikut "ritual budaya" mudik, karena bapak-ibu tinggal satu kota. Sementara, bapak-ibu mertua di Jakarta sudah menghadap Sang Pencipta lebih dulu.

 

***

 

Tantangan pasca mudik setelah menjalani libur lebaran yang panjang, masih adakah semangat dan bisa produktif kerja seperti sebelum mudik.

Dalam empati saya, ada proses menyesuaikan kembali pikiran dan kebiasaan selama libur lebaran menjadi kebiasaan saat bekerja kembali.

Tahun lalu, saya sempatmenanyakan kepada rekan yang dinas di balai kota Surabaya, pekerjaan mana yang harus dikerjakan segera hari pertama sampai hari ketujuh mulai masuk bekerja.

Rekan menunjuk manajemen waktu. Dengan begitu pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Pertanyaannya, apakah semua ASN memiliki manajemen waktu antara lain menggunakan momen libur Lebaran dengan baik agar saat masuk bekerja, kembali bekerja tepat waktu.

Baca Juga: Cari SIM Dibawah 17 Tahun, Benchmark Gibran

Artinya tidak bolos dengan alasan kelelahan usai berlibur.

Beberapa rekan ASN mengaku usai libur panjang, mengalami kesulitan untuk kembali memulai aktivitas hariannya.

Saya menduga mereka bisa dijangkiti "penyakit" Post-Holiday Blues.

Dilansir dari Healthline, sindrom ini dialami pekerja di Amerika Serikat setelah libur musim dingin.

Sindrom pasca liburan adalah post holiday atau vacation blues. Ini sekumpulan perasaan negatif yang muncul setelah selesai berlibur.

Dilansir dari Healthline, sindrom yang dialami pekerja di Amerika Serikat setelah libur musim dingin bisa menimpa pekerja di Indonesia.

Gejala ini bisa dialami seusai libur panjang seperti Lebaran dan Tahun Baru.

Cirinya, saat mengalami sindrom ini, kita akan cenderung tidak bersemangat ataupun produktif dalam bekerja. Akibatnya, pekerjaan menjadi terbengkalai.

Penelitian itu menemukan ada perasaan sedih yang berkelanjutan. Ini disebabkan oleh perasaan bahwa liburan telah selesai dan harus segera kembali ke rutinitas biasa. Bagi sebagian pekerja, tidak lagi merasakan kegembiraan atau semangat yang sama dengan saat masih berlibur.

Akibatnya, sindrom ini membuat sebagian pekerja tidak bersemangat untuk kembali menjalani rutinitas.

Gejala Post Holiday Blues, seseorang sering mengalami kesulitan untuk kembali memulai aktivitas harian, malas, dan keingingan masih ingin bersenang-senang.

Menurut telemedisin, gejalanya post holiday post biasanya bersifat umum dan mirip dengan depresi pada umumnya. Kondisi ini bisa menyebabkan seseorang mengalami sakit kepala, kesulitan tidur di malam hari alias insomnia, gelisah, hingga penambahan atau penurunan berat badan.

Bahkan seseorang bisa mengalami kurang motivasi, cemas hingga mudah tersinggung. Waspadai gejala itu buat pemilik perusahaan dan pimpinan instansi pemerintahan. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU