Home / Politik : Analisis Politik

AHY dan Cak Imin Sowan ke Senior, agar Dapat Kekuasaan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 16 Mei 2023 20:46 WIB

AHY dan Cak Imin Sowan ke Senior, agar Dapat Kekuasaan

i

H. Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, minggu ini sama sama lakukan safari politik. AHY sambangi kediaman Jusuf Kalla pada Senin (15/5/2023) malam. Juga Cak Imin, kunjungi Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Senin (15/5/2023) sore.

Kedua, Ketua Umum partai politik papan atas ini feeling saya punya kalkulasi politik.

Baca Juga: Kompromi dengan Pemudik

Dan ini wajar sebagai Ketua Umum parpol melakukan perhitungan dan pertimbangan politik sendiri.

Maklum, keduanya akan maju dalam pilpes 2024. Bisa jadi keduanya melakukan kalkulasi politik sejauhmana peluang dan dukungan AHY jadi bakal cawapres Anies Baswedan dan Cak Imin digandeng bakal cawapreskan Prabowo Soebianto.

Apalagi JK, menilai AHY memiliki kemampuan untuk jadi cawapres Anies Baswedan.

Juga Wakil Presiden Ma'ruf Amin merestuinya maju sebagai calon wakil presiden atau cawapres 2024.

 

***

 

Manuver AHY dan Cak Imin silahturahmi ke beberapa mantan capres mengingatkan saya pada teori spiral of silence. Keduanya tidak lagi menginginkan jadi cawapres secara sembunyi sembunyi (senyap) lagi.

Teori ini muncul dari pendapat seorang pionir peneliti opini public di Jerman bernama Elisabeth Noelle-Neumann.

Peneliti ini menjelaskan ada dua asumsi pokok, yakni Individu memiliki keinginan untuk menyampaikan keinginannya terhadap opini publik.

Tampaknya perilaku AHY dan Cak Imin, bisa dipengaruhi oleh persepsinya terhadap apa yang dipikirkan dan dilakukan parpol lain (PKS untuk AHY) dan (Golkar yang mulai merapat ke Prabowo).

Nah, berpijak pada teori ini, baik cak Imin maupun AHY, tampaknya serius menghitung faktor eksternal . Tujuannya, agar bisa mempengaruhi opini individunya (keyakinannya) terhadap mimpinya untuk jadi capres 2024.

Diakui atau tidak, keduanya seperti sadar bahwa opini publik suatu saat dapat menjadi alat penekan dirinya untuk menyesuaikan dengan nilai-nilai kelompok parpol yang ingin merangsek ke Anies dan Prabowo.

Bila pendapat saya ini benar, keduanya telah sadar bahwa mereka bagian dari masyarakat.

Keduanya, melakukan manuver temui mantan capres bisa merasa takut atau khawatir diasingkan elite jelang pilpres 2024 yang kini mulai gegap gempita.

Ketakutan terhadap isolasi atau pengasingan ini saya amati yang mendorong keduanya menghitung iklim opini publik detik detik Anies dan Prabowo, jelang mengumumkan bakal cawapresnya. Saya mencermati keduanya bersama tim penggerak di PKB dan partai Demokrat serap Iklim opini yaitu saat Jokowi undang tujuh ketua umum parpol di Istana, bebarapa hari yang lalu.

Saya amati, tampaknya, baik AHY maupun Cak Imin, seperti merasa opininya sekarang telah sesuai dengan opini mayoritas elite. Saatnya, keduanya mengekspresikan safari politik ke mantan capres dan capres sekarang secara terbuka.

Inilah pengamatan saya bahwa teori spiral of silence dimainkan Cak Imin dan AHY. Terutama untuk mengikat emosi publik yang belum mantap mendukung kedua ketum parpol.

Perilaku AHY dan Cak Imin, saya sebut masuk "teori spiral of silence" (keheningan), karena proses bertambahnya opini mayoritas ini bagaikan sebuah spiral yang berputar menyisihkan opini minoritas elite parpol yang memilih diam.

 

Baca Juga: Waspadai! Sindrom Pasca Liburan, Post Holiday

***

 

Manuver terang-terangan yang dilakukan AHY maupun Cak Imin ini, menunjukan ada 'kedekatan' dengan Anies dan Prabowo.

Catatan jurnalistik saya, keduanya belum beberkan sejumlah prestasi yang bisa dongkrak suara untuk Anies maupun Prabowo Subianto.

Anies mensyaratkan bakal cawapresnya, berkontribusi dalam pemenangan. Ini diwujudkan dengan tingkat elektabilitas yang tinggi dan tingkat kerentanan politik yang rendah. Juga disyaratkan berkontribusi dalam memperkuat dan menjaga stabilitas koalisi. Selain berkontribusi dalam pengelolaan pemerintahan yang efektif.

Juga tuntutan harus memiliki visi yang sama dengan calon presiden. Termasuk berkomitmen membangun kebersamaan sebagai dwi-tunggal.

Pertanyaannya apakah AHY mampu memenuhi syarat itu? Sejauh ini anak sulung SBY belum menjawab tantangan Anies secara terbuka. Maklum, AHY tak pengalaman di pemerintahan. Ia memilih mrotol di karier militernya saat baru berpangkat mayor?

Apakah minta restu ke beberapa mantan capres dianggapnya untuk menjawab syarat ajuan Anies? Hanya mantan Gubernur DKI Jaya yang akan menilai kelayakan AHY, sebagai bakal cawapresnya.

Sementara Prabowo Subianto, menyebut kriteria Cawapres yang akan mendampinginya, antara lain harus menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Selain itu, Prabowo juga menginginkan Cawapres yang memiliki kemampuan dan tidak memiliki niat untuk meraup keuntungan pribadi atau kelompok.

Kriteria Prabowo ini meski normatif, menggambarkan wataknya sebagai prajurit.

Baca Juga: Libur Lebaran 10 Hari, Holiday Anomali

Syarat yang cukup berat secara manajerial pemerintahan adalah "tidak memiliki niat untuk meraup keuntungan pribadi atau kelompok". Cak Imin, bisa ketar ketir. Apalagi Juru Bicara putri Gus Dur, Yenny Wahid, Imron Risyadi Hamid mengatakan kempemimpinan Cak Imin menunjukan watak oligarkis dan nepotisme. Lho?

Sejarah mencatat, Cak Imin dan Gus Dur, pernah berseteru. Gus Dur selaku Ketua Dewan Syuro PKB memecat Cak Imin dari posisi Ketua Umum. Cak Imin dinilai sering bermanuver ke Istana dan beberapa pelanggaran lain. Kedua kubu kemudian menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB). 30 April-1 Mei 2008, kubu Gus Dur menggelar MLB di Parung, Bogor. Sementara kubu Muhaimin menggelar MLB pada 2-4 Mei 2008 di Ancol.

Konflik keduanya sampai dibawa ke pengadilan. Gugatan pemecatan Cak Imin sebagai ketua umum dimenangkan penggugat. Prosesnya sampai kasasi di Mahkamah Agung. Kasasi ditolak dan struktur pengurus PKB kembali ke Muktamar Semarang. Gus Dur sebagai dewan syuro, dan Cak Imin sebagai Ketua Umum. Setelah MLB, Gus Dur menggugat kubu Cak Imin karena dianggap MLB menyimpang dari AD/ART. Namun, pengadilan memenangkan kubu Cak Imin.

Terlepas tudingan putri Gus Dur, saya mencatat baik AHY maupun Cak Imin, seperti pamer dirinya politisi muda. Mereka sowan ke mantan capres, yang dianggap politisi senior.

Bisa jadi perilaku AHY dan Muhaimin, untuk menunjukan "sikap protes" atas tak adanya komitmen partai politik untuk memberikan kesempatan anak muda untuk maju pilpres 2024.

Bisa jadi dibalik "sowannya" ada isyarat anak muda sekarang harus merebut kekuasaan dari seniornya untuk maju pada Pilpres 2024.

Saya teringat jargon bahwa kekuasaan itu tak bisa diminta, tapi harus direbut. Karena nyata di Indonesia, tak ada politisi tua yang ikhlas memberikan kekuasaannya kepada politisi muda. Saya jadi tergelitik memaknai sowan-sowan politisi muda ke politisi tua.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sowan diartikan sebagai menghadap (kepada orang yang dianggap harus dihormati, seperti raja, guru, atasan, orang tua); berkunjung. Dari arti tersebut, dapat kita maknai bahwa sowan adalah menghadapnya orang yang (merasa) lemah secara politik, sosial, atau ekonomi kepada pihak yang sebaliknya:kuat secara politik, sosial, atau ekonomi.

Sowan juga dapat diartikan sebagai simbol pengakuan kekuasaan terhadap seorang penguasa baru. Malahan saya membaca kisah-kisah sejarah di kerajaan jawa, pernah ada seorang raja bisa menerima pengakuan kekuasaan dari raja-raja yang lebih lemah melalui sowan atau raja atau penguasa yang lebih lemah datang menghadap untuk menyatakan pengakuannya terhadap kekuasaan raja tersebut.

Bahkan saat Orde Baru, sowan terjadi karena ada pihak yang lemah dipaksa untuk menyatakan pengakuannya.

Sowan ibarat taktik politik untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan kekuasaan. Sowan bisa juga dilakukan demi mendapatkan jatah kekuasaan politik dalam level tinggi, misalnya agar bisa mendapat tempat di dalam lingkungan istana. Masya Allah. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU