Home / Catatan Tatang : Catatan Akal Sehat

AHY, Pimpin Parpol Minim Pengalaman Berpolitik

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 02 Feb 2021 20:52 WIB

AHY, Pimpin Parpol Minim Pengalaman Berpolitik

i

Wartawan Senior Surabaya Pagi, Dr. H. Tatang Istiawan

Selamat Datang Politik Akal Sehat Jelang Pilpres 2024 (1)




Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum DPP Partai Demokrat, minggu ini bikin geger. “Pensiunan dini” TNI-AD, berpangkat mayor buat pernyataan yang mencengangkan. Ia mengaku dirinya akan di kudeta oleh mantan kader Partai Demokrat (PD) dan seorang jenderal pensiunan. Pernyataannya menimbulkan pro-kontra. Saya menulis menggunakan akal sehat, bukan pro AHY dan pro mantan kader PD, bersama seorang jenderal yang kini bertugas di Istana. Berikut catatan pertama saya tentang “Selamat Datang Politik Akal Sehat Jelang Pilpres 2024”.


AHY, meski sudah “pensiun” dia masih bisa mengklaim memiliki jiwa seorang perwira. AHY pernah menyandang atribut perwira menengah. Berbeda dengan Kolonel Honasan (Filipina) dan Kolonel Muhammar Khadaffi (Libya). Dua kolonel ini terlibat kudeta di negaranya masing-masing. Bahkan Kolonel Khadaffi, bisa merengkuh kekuasaan bertahun tahun di negara kaya minyak.


Urusan kudeta, AHY bukan dan belum bernyali seperti Honasan. Sekitar 1985, ketika pangkatnya sudah kolonel, Honasan memimpin Reformed the Armed Forces Movement (RAM), sebuah gerakan di dalam tubuh militer Filipina yang akhirnya terlibat dalam kejatuhan diktator Ferdinand Marcos pada Februari 1986.

Baca Juga: Bersyukur Bergabung dan Dukung Prabowo, AHY: Coba Masih di Tempat yang Lama, Hancur Lebur Betul


Sejak itu, nama Honasan meroket ketika rencananya menggulingkan Marcos terbongkar. Ia dan kawanannya lari terbirit-birit ke gereja, meminta pertolongan pada kerumunan pemrotes, dan selamat karena warga sipil bersedia jadi tameng hidup untuk melindunginya.


Pada Februari itu juga, Corry Aquino, janda tokoh oposisi Benigno Aquino Jr. yang didor centeng Marcos, disumpah sebagai Presiden. Sementara Honasan, yang juga tengah melambung namanya , diangkat sebagai komandan sekolah operasi khusus di Fort Magsaysay, Nueva Ecija, Luzon Tengah.


Dan pada 1987, di usianya yang ke-39 tahun, Kolonel Honasan melakukan tindakan luar biasa nekat yang membuatnya kembali terkenal. Ia menggerakkan pasukan bersenjata menyerang Istana Malacanang. Sasarannya? Tentu saja Presiden Corazon Aquino alias Corry Aquino.
New York Times mencatat, ratusan tentara pendukung kudeta menyerang istana kepresidenan, menduduki setidaknya dua pangkalan militer, dan menguasai stasiun TV. Percobaan kudeta ini menewaskan setidaknya 50 warga sipil dan melukai 250 lainnya. Corry Aquino selamat dalam kudeta gagal itu. Presiden Soeharto, menilai apa yang dilakukan Honasan adalah "jahat".


Dan AHY, bukan seperti Honasan, tak melakukan kudeta. AHY malah sebaliknya, ia mengklaim akan dikudeta seorang jenderal.


Menggunakan akal sehat, kekuasaan AHY apa yang mesti di kudeta. Sebagai pimpinan partai politik, AHY, mestinya tahu mekanisme perebutan kekuasaan di partai tidak bisa seperti kudeta kekuasaan di negara. Kekuasaan partai ada di konggres atau konggres luar biasa.


Dan mekanismenya tidak mudah. Mesti mengundang daerah dan cabang-cabang. Semua ada sistemnya. Apalagi sebuah partai modern.
Jujur, saat AHY menyelenggarakan konferensi pers tentang rencana kudeta di partainya, dengan akal sehat saya menyebut AHY, seperti tidak paham urusan kudeta di partai politik. Saya menyebut AHY seperti bukan pemimpin parpol yang berpengalaman. Waktu empat tahun berkiprah dalam karier politik, bukan jaminan AHY bisa melanjutkan kharisma SBY, ayahnya, melanjutkan kiprah Partai Demokrat jelang Pilpres 2024 seperti masa kemasannya tahun 2009.


Menyoal realita politik, AHY adalah Ketua Umum partai politik termuda di Indonesia saat ini. AHY muda usia dan mudah pengalaman berpolitik. Mantan perwira menengah TNI-AD ini menjadi Ketua Umum PD, bukan karena punya track record di partai politik. Apalagi prestasi di jabatan publik seperti SBY, ayahnya.

Baca Juga: Semua Butuh Koalisi


Akal sehat saya mengatakan AHY mewakili generasi muda bisa menjadi Ketum parpol, karena “berkah” dari SBY, sang ayah yang pendiri PD. Akal sehat saya berkata, bila AHY bukan anak SBY, mustahil dia bisa memegang tampuk pimpinan PD tingkat pusat. AHY, praktis dikarbit ayahnya yang memang berkharisma.


Hal menarik sebelum didapuk jadi Ketum PD, ia maju mencalonkan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007. Hasilnya ia tumbang dengan perolehan suara terkecil. Setelah itu, AHY ditunjuk ayahnya menjadi Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma). Sampai kini, AHY tak pernah menduduki jabatan publik, kecuali jabatan di PD.


Apalagi pada tahun 2016, putra sulung mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu masih menjabat sebagai Komandan Batalion Infantri Mekanis 203/Arya Kamuning dengan pangkat mayor infanteri.


Baru akhir tahun 2020, ia terpilih Ketua umum Partai Demokrat. Praktis, AHY hanya butuh empat tahun selepas meninggalkan karir politiknya.
Sekarang, AHY ketum Parpol termuda di Indonesia. Benarkah karena minim pengalaman di politik, terutama kepemimpinan, AHY layak disebut childish?

Baca Juga: Demokrat Ajak Gerindra Usung Khofifah-Emil Satu Paket di Pilgub


Menggunakan akal sehat, sosok seorang pemimpin parpol masti kuat dalam satu atau beberapa aspek kepribadian seperti Megawati, SBY atau Muhaimin Iskandar. Mereka pimpinan parpol yang memiliki beberapa kompetensi yang menonjol. Mereka punya pengagum. Antara lain jago strategi, jago orasi, dan lain-lainnya.


Akal sehat saya mengatakan AHY tidak setenar SBY saat mendirikan Demokrat. Apalagi selama ini tak pernah jabatan publik. Dengan background ini, AHY yang “berani” mengklaim telah di kudeta, saya prakirakan bakal kepayahan mendongkrak suara Demokrat dan bahkan elektabilitasnya sendiri jelang Pilpres 2024. AHY lupa ia beda dengan SBY yang saat mendirikan Demokrat sudah menjadi tokoh senior pemerintahan dan politik. Ekspektasi itu tidak bisa diharapkan dari AHY.


Apalagi memenangkan pemilu 2009, capaian Demokrat di perpolitikan nasional terjun bebas. Di pemilu 2019 suaranya kehilangan nyaris delapan juta suara dibandingkan pemilu sebelumnya. Sementara pada pemilu 2019, Partai Demokrat meraih 10.876.507 suara (7,77 persen). Berbeda dengan pemilu 2014, perolehan suara partai Demokrat masih 10,19% (12.728.913). Lalu dimana prestasi AHY, selama ini.


Apalagi du era demokrasi yang sangat terbuka saat ini. Kinerja pimpinan parpol terus dikontrol. Akal sehat saya sulit menerima kepemimpinan partai sebesar PD bisa dikudeta hanya melalui pertemuan beberapa kader senior demokrat dengan pensiunan seorang jenderal. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU