Home / Opini : Catatan Jurnalistik (2)

Ekspektasi Berlebihan pada Irjen Teddy Minahasa

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 17 Okt 2022 20:41 WIB

Ekspektasi Berlebihan pada Irjen Teddy Minahasa

i

Raditya Mohammer Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Apa karena latar belakang pernah menjadi ajudan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan staf ahli manajemen Kapolri, Irjen Teddy Minahasa, nekat mengambil barang bukti sabu?

Apa karena dua tugas itu, pimpinan polri berani menaruh harapan besar pada Teddy Minahasa, menjadi Kapolda ketiga di propinsi Jawa Timur?.

Baca Juga: Kompromi dengan Pemudik

Kini setelah terungkap Teddy, mencuri atau menggelapkan barang bukti sabu, ekspektasi pimpinan kapolri apa bisa dianggap terlalu besar? Ekspektasi itu apa karena pengaruh halo effect?

Sejarahnya, sebuah bias atas kesan pertama kepada seseorang yang memengaruhi perasaan dan pemikiran tentang karakter mereka.

Istilah ini diperkenalkan oleh Edward L Thorndike, seorang psikolog Amerika pada tahun 1920.

Thorndike melakukan penelitian kepada atasan seorang perwira dan bawahannya di Amerika.

Thorndike meminta atasan perwira ini untuk menilai bawahannya berdasarkan kecerdasan, loyalitas, penampilan fisik, kepemimpinan dan ketergantungan.

Ada keunikan dari Halo effect yaitu temuan sifat negatif dan positif yang dibentuk oleh atasan perwira dari bawahannya. Penilaian ini didasarkan pada kesan fisik saat perwira melihat bawahannya untuk pertama kali.

Sekelompok perwira itu menilai awal bawah dari postur tubuh tinggi. Prajurit yang bertubuh tinggi dianggap sebagai orang yang paling cerdas. Padahal tidak selalu begitu.  

Menurut Thorndike penilaian subjektif seperti ini bisa menimbulkan konsekuensi negatif pada kemampuan untuk berpikir dan menilai secara kritis.

Nah, Irjen Teddy Minahasa, kebetulan memiliki postur tubuh tinggi dibanding Irjen Toni Harmanto, Kapolda Sumatera Selatan. Makanya Teddy direkrut mengisi jabatan kapolda Jawa Timur.

Atau juga Irjen Teddy yang kaya raya memberi gratifikasi kepada tim rekrutmen Kapolda Jatim.

Maklum, menjadi Kapolda di Jatim acapkali jadi incaran banyak perwira tinggi Polri. Antara lain provinsi Jatim punya seabrek potensi alam. Juga dikenal sebagai provinsi yang memiliki penanganan kasus pidana yang kompleks dan besar. Termasuk kasus narkoba. Selain kasus kasus yang kompleks dan besar. Ternyata belum dilantik, Irjen Teddy tersandung masalah peredaran narkoba. Meski sangkaan itu belum dibuktikan, posisi Kapolda Jatim diserahkan kepada Irjen Toni Harmanto, yang tubuhnya tidak setinggi Irjen Teddy Minahasa.

 

***

 

Menurut pimpinan Polri, secara umum tugas Pokok dan fungsi (Tupoksi) Kapolda menjaga kemanan, penegakan hukum dan memberi perlindungan serta pengayoman pada masyarakat. Saat masih menjadi Kapolda Banten dan Kapolda Sumatera Barat, Irjen Teddy bisa dianggap menjalankan Tupoksi itu dengan predikat baik. Sayang pada akhir jabatan sebagai Kapolda Sumber, Irjen Teddy, kepleset masalah terkait penegakan hukum kasus narkoba di Bukit tinggi.

Atas peristiwa ini Kapolri menilai Irjen Teddy Minahasa tidak memiliki komitmen yang kuat sebagai penegak hukum terutama terhadap pemberantasan narkotika.

Irjen Teddy, sementara bisa dikualifikasikan tidak tegas memberantas narkoba. Ia malah mengedarkan sabu sampai ke Jakarta. Ini artinya Irjen Teddy tidak turut menutup peredaran narkoba di Indonesia.

Harapan Kapolri sebelumnya, Jenderal Tito Karnavian, tantangan kapolda setelah Irjen Machfud Arifin berat.

Penegasan Tito ini disampaikan ketika ia membuka peresmian empat gedung di Gedung Mahameru Polda Jatim, pada 28 Agustus 2018 lalu.

Tito menyebut terkait beragam pembangunan, baik sarana dan prasarana di Polda Jatim sampai Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim. Tito berharap Kapolda pasca Mahfud Arifin, bisa meneruskan untuk mendukung kinerja personel Polri di jajaran Polda Jawa Timur dalam melayani masyarakat.

Termasuk ditemukan terdapat 55 persen personel Polri di Jawa Timur yang belum memiliki tempat tinggal.

Kapolda penerus Mahfud Arifin diharapkan Tito, dapat bekerja sama dengan lembaga keuangan, mulai perbankan sampai Asabri. Tentu berhubungan dengan skema pembiayaan pembelian perumahan yang ringan bagi personel Polri .

Baca Juga: Waspadai! Sindrom Pasca Liburan, Post Holiday

 

***

 

Bagaimana dengan kasus narkoba di Jawa Timur? Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur Brigjen M Aris Purnomo menyebut, Jatim berada di peringkat kedua, kasus narkoba terbanyak di Indonesia setelah Sumatera Utara pada triwulan 1 tahun 2021.

Total keseluruhan kasus narkotika di Indonesia pada Triwulan 1 tahun 2021 adalah 12.890 kasus dan 16.740 tersangka. Urutan pertama ditempati Sumatera Utara dengan 2.049 kasus dan 2.661 tersangka.

Sementara kasus narkoba di Jatim terbanyak kedua di Indonesia dengan 1.910 kasus dan 2.346 tersangka.

Selain itu, Jawa Timur juga menempati urutan kedua tahanan narkoba terbanyak di Indonesia setelah Sumatera Utara dengan jumlah 1.221 tahanan. Sedangkan jumlah narapida narkotika, Jatim menempati urutan pertama dengan jumlah 1.019 narapida.

Juga disebutkan oleh Kepala BNNP Jawa Timur Brigjen M Aris Purnomo, berdasarkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Jatim tahun 2019, sebanyak 2,50 persen atau 1 1.038.953 penduduk Jawa Timur pernah menggunakan narkoba. Sedang 1,30 persen atau sekitar 554.108 penduduk Jatim menggunakan narkoba dalam satu tahun terakhir.

Juga di Jatim pernah mengungkap kasus narkoba dari berbagai jenis jaringan internasional. Semua barang bukti langsung dimusnahkan oleh jajaran kepolisian Polda Jawa Timur beserta perwakilan BNN, Bea Cukai, dan Kejati Jatim.

Kombes Pol Arie Ardian Dirresnarkoba Polda Jawa Timur, ikut merinci ada berbagai barang bukti yang diamankan sejak bulan Januari sampai Agustus 2022. Barang bukti tersebut yaitu sabu-sabu seberat 352,07 kilogram, ekstasi sebanyak 37.262 butir, psikotropika 3.117 butir, obat keras 17.998.769 butir, dan ganja seberat 93,86 kilogram. Semoga pemusnahan barang bukti narkoba di Jatim selama ini tidak ada pengurangan dan diedarkan di provinsi lain seperti kasus di Polda Sumatera Barat.

 

***

Baca Juga: Libur Lebaran 10 Hari, Holiday Anomali

 

Pengamatan saya, urusan ekspektasi terhadap pejabat ada di beberapa instansi dan hubungan antar individu. Ekspektasi menyangkut harapan atau keyakinan seseorang terhadap orang lain yang diinginkan akan terealisasikan.

Praktis, setiap orang boleh berekspektasi sesuai keinginannya. Pengalaman hidup saya selama ini, ada ekspektasi yang sesuai porsi.

Dan terkadang seseorang ada yang terlalu berlebihan dalam berekspektasi sehingga seakan memaksakan keinginannya dapat terwujud.

Dalam berekspekteksi pengalaman saya, ada hal yang terlupakan yakni tidak melihat.

Ini ekspektasi berlebihan.

Saya amati penunjukan Irjen Teddy Minahasa, ada warga Jatim yang berekspektasi. Misalnya teman sekolah Teddy di Pasuruan menggundul rambut kepalanya.

Ini contoh warga Jawa Timur yang terlalu berharap kepeda Irjen Teddy. Kesan saya, mereka yang menggundul rambutnya terlalu membayangkan yang berlebihan atau berimajinasi yang tidak masuk akal.

Peristiwa menunggu pejabat baru yang belum dilantik seperti dalam kasus Irjen Teddy, sebuah harapan tanpa logika. Tak ubahnya pria-pria yang menyebut teman Teddy saat masih sekolah SMP terlalu berimajinasi. Juga saya.

Saat menerima telegram Kapolri tanggal 10 Oktober 2022 lalu, saya termasuk jurnalis yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap Irjen Teddy Minahasa. Terutama melihat prestasi saat masih menjadi Kapolresta Malang. Saya juga menulis rekam jejaknya. Asumsi saya Irjen Teddy dengan rekam jejak itu bisa menunjukan kinerja baik sebagai Kapolda Jatim.

Ternyata sebelum dilantik dan serah terima dengan Kapolda Nico Afinta, Irjen Teddy malah lebih dulu dijemput petugas Propam Mabes Polri.

Saya pun instrospeksi, termasuk jurnalis yang mengharapkan ekspektasi terlalu tinggi pada Irjen Teddy. Ternyata ekspektasi saya pun berlebihan. Ekpektasi tidak hanya saya, tapi juga warga lain termasuk warga Malang dan Pasuruan. Pasti mereka ada yang menyesal harapannya terhadap calon Kapolda pengganti Irjen Nico Afinta, meleset dari angan-angan. Inilah hidup sesungguhnya. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU