Erick Akui Investasi di Jakarta & Surabaya Ongkosnya Lebih Mahal dari IKN

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 25 Mei 2023 20:34 WIB

Erick Akui Investasi di Jakarta & Surabaya Ongkosnya Lebih Mahal dari IKN

i

Menteri BUMN Erick Thohir

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pembangunan kota pintar atau smart city di kota yang sudah ada membutuhkan dana yang lebih besar dibanding membangun kota baru. Hal itu merupakan salah satu alasan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara mengusung tema smart city.

"Tantangannya ketika kita berinvestasi kota-kota baru di kota-kota yang sudah ada, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya itu ongkosnya akan dua kali lebih mahal dibandingkan sebuah kota baru dengan infrastruktur terkini. Itu realita, silakan saja dihitung," paparnya dalam acara Indonesia-China Smart City, di Shangri-La, Jakarta Selatan, Kamis (25/5/2023). Sayang Erick tak merinci perhitungannya.

Baca Juga: Nilai Investasi di Kota Batu Naik 28,9 Persen

Menurutnya, paling tidak dalam satu negara harus ada 10 smart city. Akan tetapi, di Indonesia baru ada tiga kota pintar, yaitu Jakarta, Medan, dan Makassar.

Walau demikian, Erick menyebut mengembangkan kota-kota yang sudah ada menjadi kota pintar masih bisa dilakukan. Hanya saja, ongkosnya lebih mahal.

"Bisa di-invest tapi biayanya akan mahal," ujar Erick.

Di sisi lain, Erick mengatakan, pembangunan IKN dirasa dapat menjawab beberapa tantangan di masa depan, mulai dari pertumbuhan penduduk sekitar 30-50 juta hingga pemerataan ekonomi di seluruh pulau Indonesia.

"Indonesia itu diprediksi penduduknya naik sampai 315 juta. Nah pertanyaannya, 35 juta (penduduk) yang baru ini mau dibawa ke mana? Apakah dia akan tetap lari ke Jakarta, Surabaya? Kan tidak mungkin," ungkapnya.

Baca Juga: Dukung Sinergi Kementerian BUMN dan TNI, PLN Maksimalkan Sumber Daya Hingga Pengamanan Aset

 

Empat Pertimbangan Jokowi

Ia menuturkan, keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjawab empat hal, yang pertama pemerataan ekonomi daerah.

"Kedua, tidak membebani pertumbuhan penduduk yaitu hanya di kota-kota tua yang akhirnya itu akan menimbulkan kemacetan, pengotoran udara tanpa solusi karena tidak mungkin lagi ditambah (penduduknya), overload sudah," kata Erick.

Baca Juga: Dirut PLN Raih Best CEO of Communications, PLN Jadi Best of The Best Communications

Ketiga, dapat diterapkan teknologi terbaru. Keempat, terkait kultur atau kebiasaan.

"Empat solusi yang Pak Jokowi ingin jawab kenapa ada pembangunan kota baru dan Indonesia saya rasa harus punya 10 kota besar (smart city) jadi 3 kota besar saja yang masuk smart city," tuturnya.

"It's impossible a country as this big only have 3 cities yang hari ini masuk kategori smart city," tambahnya. n, jk/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU