Home / Politik : Analisis Politik

Gibran, Sosok Wali Kota Bak Gula, yang Mesti Dinasihati

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 23 Mei 2023 20:42 WIB

Gibran, Sosok Wali Kota Bak Gula, yang Mesti Dinasihati

i

H. Raditya M. Khadaffi

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Gibran Rakabuming Raka, 35 tahun, putra sulung Joko Widodo, minggu-minggu ini jadi trending topic. Ini terjadi setelah Wali Kota Solo ini melakukan pertemuan dengan Prabowo Subianto, dalam acara relawan Jokowi se-Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jumat (19/5/2023) malam.

Baca Juga: Gibran dan Bobby Nasution Dijadwal Hadir di Otoda 2024, Pemkot Surabaya Perketat Keamanan

Relawan Gibran menyatakan dukungan terhadap Ketum Gerindra Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (capres) pada Pilpres 2024.

Pada Senin (22/5/2023) ia dipanggil DPP PDIP di Jakarta dalam kapasitas sebagai kader PDIP yang Wali Kota Solo. Gibran menemui Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, dan Ketua Mahkamah Partai Komarudin Watubun.

Ia ingin memberikan klarifikasi soal pertemuannya dengan Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Gibran diberi nasihat oleh Megawati. Nasihat ke Gibran disampaikan melalui Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto. Nasihat Ketua Umum DPP PDIP jangan melakukan manuver politik di luar keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Hasto menegaskan, para kader harus tegak lurus dengan arahan Megawati dan tidak ada yang melakukan dansa politik tertentu.

Salah satu nasihat Megawati yang harus dilakukan Gibran,  memenangkan Gubernur Jawa Tengan Ganjar Pranowo di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Juga Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) bidang Kehormatan Komarudin Watubun menasihati Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, tentang filosofi gula. Gula akan terus dikerumuni oleh semut.

Untuk itu, Gibran, sebagai politisi muda harus benar-benar waspada terhadap semut-semut yang berdatangan ke Surakarta. Komarudin juga meminta Gibran agar menyeleksi 'semut' mana yang baik dan 'semut' mana yang justru akan menjerumuskan dirinya. Nasihat ini mengingatkan pesan kakek saya, hati-hati minum gula, bisa picu diabetes. Dalam kehidupan, dimana ada gula, di situ pasti ada semut.

Ini saya rasakan sebagai penggemar kopi. Setiap sarapan saya sering minum kopi. Tentu menggunakan gula.

Saya pernah dibuat jengkel saat saya akan mengambil dua sendok gula dari toples. Tanpa saya sadari, semut mungil dengan feromon yang bauh apeg, ikut cawe cawe . Saya tak tahu kenapa kok spesies semut ini baunya apeg.

Semut-semut kecil itu mengerubungi gula di toples. Saya pun kewalahan bagaimana caranya memisahkan antara semut dan gulanya. Awalnya sih, saya taruh toples saya terbuka di terik matahari sehingga semutnya kepanasan dan keluar dari toples, tetapi cara saya ini ternyata tidak efektif.

Tak kekurangan akal, akhirnya saya searching mbah Google tentang bagaimana caranya memisahkan gula yang dikerumuni oleh semut yang susah dipisahkan. Ternyata mudah! Untuk mengusir para koloni atau kawanan semut minggat dari toples sehingga bersih, cukup dengan menaruh 2 sampai 3 butir cengkih di dalam toples. Menurut penelitian semut itu tidak suka dengan bau cengkih.

Nah, untuk Gibran agar bisa menjauhi semut semut berupa manusia dengan cara apa?

Semut dan gula dalam politik saling membutuhkan. Apakah Gibran yang baru mendaftar sebagai anggota PDIP tahun 2019 akan menjauhi massa atau Gibran yang baru jadi wali kota Solo tahun 2021, dijauhi massanya?.

Ini karena, dua tahun ini, Gibran belum diketahui nyata  prestasi selama jadi wali kota Solo. Termasuk Gibran memberi keterangan ke publik melalui media massa.

Ada riset media monitoring yang dilakukan Institut Riset Indonesia (INSIS). Dari Hasil riset INSIS menunjukkan, ada 32 politisi muda yang mewarnai pemberitaan di enam media massa yang dijadikan unit analisis. Sementara itu, ada sembilan politisi milenial yang dikuti.

“Politisi berusia 31 hingga 40 tahun ini dikutip sebagai narasumber di 533 tema publikasi. Sementara itu ada sembilan politikus milenial yang dikutip namanya sebagai narasumber di 42 tema publikasi,” kata peneliti INSIS Wildan Hakim, di Jakarta, Senin (27/1/2020).

Untuk kategori politisi muda, nama-nama seperti Andre Rosiade dan Achmad Baidowi mendominasi pemberitaan di media massa. Politisi Gerindra itu terhitung 138 kali muncul di pemberitaan media massa. Politisi Gerindra itu terhitung 138 kali muncul di pemberitaan media massa. Sedangkan politisi PPP itu muncul 128 kali. Di belakang keduanya, Saleh Partaonan Daulay dari PAN dikutip sebanyak 36 kali. Disusul, Mulan Jameela dikutip sebanyak 32 kali. “Kemunculan istri musisi Ahmad Dani sebagai narasumber berita ini tidak bisa dilepaskan dari faktor profesinya sebagai penyanyi dan juga selebriti,” tegas Wildan Hakim.

“Dari pendataan media massa ini, INSIS ingin membuktikan bahwa komunikasi politik para politikus milenial belum menunjukkan tren positif. Kemampuan politikus milenial dalam merespons isu yang kemudian dijadikan materi berita di media massa masih perlu diasah. Politisi milenial kalah moncer dengan politisi muda yang begitu lihai merespons isu dan menjadikan sosok mereka terkenal di mata para jurnalis,” ungkap peneliti INSIS Wildan Hakim.

Wildan juga seorang akademisi di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta.

Dari beragam isu yang menjadi tema di media massa, tercatat hanya 307 orang anggota DPR yang disebut dalam pemberitaan di media massa. Artinya, dari 575 anggota DPR yang aktif saat ini, baru 53% yang saat ini berelasi baik dengan pekerja media. Sisanya yang 47% belum muncul ke publik sebagai narasumber berita.

Menurut Wildan, para anggota parlemen yang belum muncul ke publik ini bisa saja berkilah dengan mengatakan bahwa mereka berkomunikasi melalui media sosial atau lebih banyak muncul di televisi. Padahal penting diingat, keenam media massa yang dijadikan unit analisis oleh INSIS merupakan media massa besar yang kredibilitasnya sudah teruji. Artinya, kemunculan anggota DPR sebagai narasumber di enam media massa tersebut bisa dimaknai sebagai bukti keaktifan mereka di panggung politik nasional.

Penelitian ini relevan saya kaitkan dengan Gibran, politisi muda yang jarang memunculkan gagasan melalui media massa tentang pembangunan kota Solo hingga politik Indonesia. Tak salah tokoh senior PDIP sekelas Megawati dan Komarudin Watubun, memberi nasihat kepada Gibran, yang kini Wali Kota Solo.

 

***

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) nasihat itu ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik.

Secara umum, nasihat adalah nilai moral. Dan  nasihat-nasihat  berkaitan dengan budi pekerti, perilaku, atau tata susila.

Baca Juga: Dinyatakan oleh Ketua Dewan Kehormatan PDIP, Sudah Bukan Kader PDIP Lagi, Jokowi tak Kaget

Megawati menasihati Gibran, agar berbudi pekerti dan perilaku baik. Alhamdulillah Gibran mau menerima nasihat dari pimpinan PDIP.

Beda dengan kebanyakan politisi senior yang cenderung  tidak suka disalahkan atau setidaknya dianggap salah. Artinya, pemberian nasehat Mega yang dianggap benar oleh Gibran, semakin menunjukkan bahwa anak sulung Jokowi, melakukan kesalahan menemui Prabowo, hingga relawan Gibran dukung pencapresan Ketua Umum Partai Gerindra dalam pilpres 2024.

Maklum, dari historinya, Gibran, merintis bukan sebagai politisi. Setelah lulus kuliah dari Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan Insearch di University of Technology Sydney (UTS Insearch), Sydney, Australia, ia membuka usaha katering yang diberi nama "Chilli Pari".  Disamping juga pendiri perusahaan kuliner martabak yang disebut Markobar.

Baru tahun 2010, Gibran menjabat sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo.

Gibran baru mendafar sebagai kader PDIP, September tahun 2019. Dan mendaftar walikota Solo tahun 2019.

Keputusan Gibran untuk menjadi kader PDIP ini mengejutkan, karena di beberapa kesempatan sebelumnya ia pernah mengatakan enggan berpolitik.

Ini terpantau pada masa kampanye Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang Pemilu 2014. Saat itu, Gibran jarang terlihat di depan publik. Jokowi saat itu lebih sering ditemani oleh Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep.

Gibran baru muncul di hari ketika Jokowi akan dilantik menjadi Presiden 2014-2019, pada Senin, 20 Oktober 2014. Saat ditanya oleh media mengapa ia jarang terlihat bersama ayahnya tampil di publik, Gibran beralasan sibuk dengan pekerjaannya.

Jelang pendaftaran Pilwalkot Solo 2020, PDIP sudah memutuskan bakal mengusung pasangan Achmad Purnomo-Teguh Prakosa. Purnomo merupakan Wakil Wali Kota Solo. Sementara Teguh Prakosa adalah Ketua DPRD Solo.

Tapi mendadak berubah. Gibran akhirnya bisa singkirkan Cawali Achmad Purnomo-Teguh Prakosa. Saat itu Gibran nyaris disandingkan dengan "kotak kosong". Saat itu, kritik dari sejumlah pengamat tentang tuduhan praktik politik dinasti dalam keluarga Joko Widodo yang masih menjabat Presiden.

Kabar tersebut sempat menjadi sorotan masyarakat Indonesia dalam beberapa pekan belakangan ini, pasalnya Gibran dikabarkan akan melawan kotak kosong dalam Pilkada Solo 2020.

Posisi Jokowi sebagai presiden, menguntungkan bagi Gibran. Sebab dalam teori terbaru tentang politik dinasti, tidak semata hanya mewariskan kekuasaan kepada generasi selanjutnya. Misalnya seperti kerajaan.

Dalam teori terbaru, politik dinasti juga bisa berarti ketika seseorang maju dalam seleksi politik, ada faktor kerabat dalam kekuasaan yang membantunya. Dalam hal ini, Jokowi di pemerintah pusat dan Gibran di Solo

Mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo, Gibran mendapatkan banyak komentar dari masyarakat Indonesia.

Gibran sendiri pernah menolak keberadaan dinasti politik di Indonesia. Selain itu, terdapat peraturan pemilu yang menghambat pencalonan Gibran sebagai kepala daerah.

Baca Juga: Ganjar tak Hadir, Sinyal Kuat PDIP Oposisi

Padahal, Gibran yang mengaku siap maju dalam pemilihan gubernur pada tahun 2024 mendatang.  Pantaskah?

 

***

 

Gibran tiga tahun lalu, masih menyadari, belum berpengalaman di dunia politik. Sebab, usianya sebagai kader PDIP masih seumur jagung. Sehingga diperlukan sosok yang bisa mengisi kekurangannya. Pernyataan Gibran tersebut disampaikan kepada wartawan di Solo, Selasa (11/2/2020).

Nyatanya, Gibran "eksis". Dia sering dikunjungi beberapa menteri. Tapi sejauh ini tak nampak karyanya seperti Wali kota Surabaya, Eri Cahyadi.

Apakah ada faktor Gibran, anak seorang Presiden sehingga semakin memudahkan  menang Pilkada Solo.

Gibran Rakabuming Raka, sebelum dinasihati tokoh PDIP, ia lebih dulu disorot oleh politikus PDIP Effendy Simbolon. Effendy menilai, Gibran Rakabuming instan masuk dunia politik hingga menjadi kepala daerah. Tak seperti kader lain pada umumnya.

Beda dengan Puan Maharani yang sudah lama meniti karir di politik. Oleh karena itu, menjadi pertanyaan apakah benar Gibran dengan instan masuk politik?.

Akal sehat saya bilang ada juga benarnya kalau Gibran terlalu cepat masuk politik bahkan menang dalam kontestasi politik di kota Solo. Seakan-akan tidak menempa diri dulu dari bawah dan langsung ikut dalam setiap kegiatan partai, kepengurusan partai dan akhirnya menjabat sebagai kepala daerah.

Dapat dikatakan bahwa Gibran beruntung menang disaat dia lagi naik daun namanya dan disaat Presiden Jokowi sedang memimpin Indonesia.

Untuk kedepannya, mari kita lihat perjuangan Gibran untuk melompat lebih tinggi seperti menjadi Gubernur Jateng usai Jokowi lengser 2024. Benarkah Gibran instan menjadi politisi dan seorang pemimpin? Gibran, memang tidak mewaliki politik dinasti. Tapi Gibran tak bisa berkelit terlibat  politik kekeluargaan.

Dari catatan jurnalistik saya, Gibran tidak melewati step-step yang harusnya dilalui sebelum mencalonkan diri menjadi kepala daerah di Solo. Gibran malah konflik dengan tokoh tokoh PDIP Solo.

Ohh Gibran, bakul Martabak Kota Baru (Markobar) yang kini melompat jadi Wali kota Solo. Sungguh instans. Ingat, politisi instans acapkali lebih bertujuan sekadar mencari keuntungan sesaat. Nah! ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU