Home / Politik : Analisis Politik

Khofifah, Kuda Hitam Cawapres Anies atau Prabowo

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 24 Mei 2023 21:04 WIB

Khofifah, Kuda Hitam Cawapres Anies atau Prabowo

i

Raditya M. Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Sohibul Iman membocorkan tiga dari lima nama bakal cawapres untuk Anies Baswedan.

Sohibul mengatakan tiga nama yang sudah di kantong Anies ialah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher).

Baca Juga: Jelang Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres 2024, Khofifah : Insya Allah  Prabowo-Gibran Menang

Siapa cawapres Anies Baswedan yang pasti? Kasak kusuknya AHY. Tapi Demokrat mengancam. Bila Juni bulan depan Anies tak segera deklarasikan bersama cawapresnya, Demokrat akan ambil opsi lain. Lalu, dengan siapa Prabowo akan maju Pilpres 2024.? Pasca bertemu SBY, Demokrat mengancam.

Terlepas silahturahmi Prabowo-SBY di Pacitan, selama ini yang saya pantau, dominasi yang sering menemui Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa adalah pengurus DPP Partai Gerinda dan DPD Jatim.

Apakah ini isyarat Gerindra, kesengsem mantan Menteri Sosial ini? Bisa jadi.

Survei terbaru yang dirilis Direktur Eksekutif Kedaikopi, Kunto Adi Wibowo, menarik saya saat ingin menulis peluang Khofifah Indar Parawansa, jadi cawapres.

Survei ini terkait dengan “Survei Opini Publik pada Pemimpin Perempuan."

Bagi saya survei ini dapat menjadi alternatif dari survei lain yang saat ini disuguhkan kepada publik. Umumnya survei mengarah pada kandidat calon presiden laki-laki.

Hasil survei tersebut menyebutkan, penerimaan publik terhadap presiden perempuan meningkat signifikan, dari 34,2 persen di bulan November 2021 menjadi 55,5 persen di Agustus 2022.

Ada kemunculan tokoh perempuan yang masuk dalam bursa capres. Meski masih minim. Hal ini menggambarkan bahwa capres perempuan masih sulit untuk dipilih oleh masyarakat dibandingkan dengan capres laki-laki.

Padahal, literasi Islam menyebut kalau mau mendekati suatu kaum, maka harus menggunakan bahasa kaumnya. Artinya kalau mau mendekati kaum ibu-ibu, ya harus pakai bahasa ibu-ibu. Misalnya dengan pendekatan arisan, majelis taklim, atau pendekatan yang sifatnya mengarah pada bahasa kaum perempuan.

Catatan jurnalistik saya menyimpan, partisipasi perempuan pada Pilpres 2019 secara nasional sebesar 80,67% atau naik 8,45% bila dibandingkan Pilpres 2014 yang hanya 72,22%. Sedangkan partisipasi laki-laki pada Pilpres 2019 dan 2014 masing-masing sebesar 77,34% dan 66,95%.

Dan berdasarkan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4), daftar pemilih untuk Pemilu 2024 berjumlah 204.656.053 jiwa dan tersebar di 38 provinsi.

Dari jumlah tersebut, pemilih perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, meskipun tidak terpaut jauh, yakni sebanyak 102.474.462 jiwa, sedangkan laki-laki 102.181.591 jiwa.

Berdasarkan survei Litbang Kompas pada Januari 2023 yang mewawancarai 600 responden di 38 provinsi, sebanyak 85,7 persen mengaku akan menggunakan hak suaranya pada Pemilu 2024.

Dalam survei tersebut mayoritas responden (72,3 persen) mengaku akan menggunakan hak suaranya untuk memilih calon presiden (capres), parpol, dan calon legislatif (caleg) sekaligus.

Hasil survei juga menemukan fakta bahwa perempuan cenderung mempertimbangkan calegnya daripada parpol dalam memilih. Bahkan hampir sepertiga responden perempuan mempertimbangkan caleg yang diusung, sementara hanya 12 persen yang mempertimbangkan partai sebagai penentu pilihan.

Menariknya, dalam Pemilu 2019, pemilih perempuan tercatat yang paling banyak memberikan hak pilihnya di tempat pemungutan suara (TPS), yaitu sejumlah 51,43 persen .

Maka itu, ditengah dinamika mencari cawapres, tokoh perempuan penting untuk tampil sebagai pemimpin nasional dalam ajang pilpres.

Baca Juga: Amicus Curiae, Terobosan Hukum

Saya berpendapat kehadiran perempuan sebagai calon presiden akan lebih mewarnai pemilu dengan gagasan, terobosan, inovasinya dalam menjawab seluruh permasalahan kebangsaan. Gagasan saya, perempuan memang perlu dihadirkan secara langsung yang tidak bisa diwakilkan untuk memastikan terwujudnya inklusivitas dalam pemilu. Khofifah, saya jagokan bisa mengisi ruang itu.

 

***

 

Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si, saat ini masih Gubernur Jawa Timur. Ia menjabat sejak 13 Februari 2019. Ia seorang politisi Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Sosial Indonesia ke-27 dari tanggal 27 Oktober 2014 hingga 17 Januari 2018.

Khofifah Indar Parawansa, juga pernah menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU. Tercatat jumlah anggota Muslimat Nahdlatul Ulama diperkirakan mencapai 32 juta. Ini tersebar di 34 Pimpinan Wilayah (Tingkat Provinsi), 532 Pimpinan Cabang (Tingkat Kabupaten / Kota), 5.222 Pimpinan Anak Cabang (Tingkat Kecamatan), dan 36.000 Pimpinan Ranting (Tingkat Kelurahan / Desa). Ini salah satu modal sosial Khofifah.

Bahkan, Khofifah Indar Parawansa kembali masuk daftar 500 tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia 2023. Daftar tersebut dirilis The Royal Islamic Strategic Studies Centre (MABDA).

Pada daftar tersebut, Khofifah masuk kategori tokoh politik muslim berpengaruh. Ini adalah kali ketiga nama Khofifah masuk dalam daftar tokoh muslim tersebut. Hal itu menunjukkan pengakuan atas kiprah dan kontribusi Khofifah sebagai tokoh muslim dalam dunia politik dan pemerintahan.

Selain itu, catatan jurnalistik saya, Khofifah juga dikenal sebagai tokoh aktivis perempuan yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender.

Baca Juga: Apple akan Bangun Akademi Developer di Surabaya

Dengan background seperti ini, Khofifah memang lebih menjual dari pada Cak Imin dan AHY atau Airlangga Hartarto .

Ini jika diduetkan dengan Prabowo Subianto atau Anies Baswedan. Posisi sebagai Gubernur Jatim, prediksi saya, Khofifah Indar Parawansa bisa tingkatkan elektabilitas Prabowo atau Anies di Jawa Timur. Prediksi terkait juga perolehan suara yang akan mengungguli pasangan capres dan cawapres Ganjar-Sandiaga Uno (bila jadi dipasangkan). Posisi Khofifah seperti ini bisa dianggap kuda hitam.

Dalam setiap kompetisi, kuda hitam akan selalu ada. Ia akan menjadi penghibur, sekaligus memberikan kejutan yang membuat kompetisi menjadi lebih seru.

Dalam praktik, kuda hitam ini memang tidak lepas dari anomali, terutama bagi capres yang sukses meraih suara terbanyak. Terutama bila didukung finansial dan mental juara.

Ada seorang pengamat politik memberi gambaran capres dan cawapres yang sudah memiliki awareness yang tinggi butuh dana Rp 50 miliar sampai Rp100 miliar. Ini baru untuk media.

Sedangkan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, memperkirakan biaya untuk menjadi presiden bisa mencapai Rp 8 triliun. Prakiraan Ridwan Kamil, masuk akal.

Ini mengacu pengakuan cawapres Sandiaga Uno. Saat dampingi capres Prabowo, tahun ke 2019, ia telah menghabiskan dana hampir US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun (kurs Rp 14.000). Jumlah tersebut merupakan dana pribadi milik Sandiaga.

Dilansir dari Bloomberg, Rabu (27/3/2019), Sandiaga juga disebut sebagai orang yang paling banyak menyumbang dana kampanye untuk Pilpres 2019.

Nah, dengan pendekatan ini, cawapres bukan soal permainan kekuasaan, bukan juga demo­krasi, tapi siapa yang bisa menguasai yang lain, maka dia bisa menang bersaing. Tentu juga mesti kantongi uang dollar dan rupiah dalam jumlah yang minimal sama modal Sandiaga Uno, cawapres 2019? Siapa berani? Khofifah, bisa diincar Prabowo atau Anies Baswedan? ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU