Home / Politik Pemerintahan : Dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals

Pelatihan Packaging dan Pemasaran Online Produk UMKM Anggota UMKM Binaan Kopontren Syarifuddin di Kabupaten Lumajang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 30 Nov 2022 12:09 WIB

Pelatihan Packaging dan Pemasaran Online Produk UMKM Anggota UMKM Binaan Kopontren  Syarifuddin di Kabupaten Lumajang

i

Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Airlangga bersama Ketua Yayasan Pondok Pesantren Syarifuddin Kabupaten Lumajang.

Widya Sylviana, Ph.D – Atik Purmiyati, Ph.D – Dr. Febriana Wurjaningrum

FUNGSI utama pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan, dakwah serta lembaga sosial masyarakat yang memiliki ciri tertentu yang menunjukkan karakteristik masyarakat. Dalam era modern sekarang ini fungsi pondok pesantren diantaranya mempertahankan eksistensi dan fungsinya selain sebagai lembaga pendidikan ilmu agama serta penjaga nilai-nilai dan norma keagamaan masyarakat, salah satu cara mempertahankan eksistensi pesantren saat ini juga dengan menyelenggarakan pendidikan formal. Sedangkan fungsi pondok pesantren secara umum adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yang dapat berperan aktif di dalam lingkungan masyarakat modern saat ini melalui fungsi pendidikan, religi, sosial serta penambahan fungsi ekonomi pada pesantren (Maesaroh, 2017).

Baca Juga: Berharap Pemilu 2024 Damai, Kapolres Gresik Silaturahmi ke Pondok Pesantren

Pondok Pesantren Syarifuddin di Kabupaten Lumajang memiliki fungsi ekonomi untuk mengikuti era modern salah satunya dengan mengembangkan lembaga ekonomi beranggotakan santri- santri dan alumni pondok pesantren yang terbentuk dalam Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Syarifuddin. Koperasi ini memiliki ciri khusus dalam pengembangan usaha anggota berbasis kebutuhan anggota, sehingga membentuk Kopontren Retail.

Kopontren menerapkan pengembangan usaha anggota dan oleh anggota, mengingat santri dalam Pondok Pesantren Syarifuddin berjumlah lebih dari 2000 santri pada berbagai jenjang pendidikan formal maupun pendidikan informal. Selain itu, anggota memiliki peranan utama dalam pengembangan Kopontren, karena anggota merupakan penggerak utama dalam kegiatan usaha koperasi secara berkelanjutan.

Sehingga untuk menjaga kelangsungan usaha, produk yang dihasilkan oleh anggota kopontren bervariasi mulai dari kebutuhan para santri dan mencukupi kebutuhan masyarakat sekitarnya. Sehingga kualitas produk anggota harus mengikuti perkembangan keperluan yang dibutuhkan oleh konsumen. produk yang dihasilkan oleh anggota Kopontren ada yang di jual di lingkungan masyarakat baik dalam kota maupun luar kota.

Selain, berdasarkan identifikasi masalah dari mitra KOPONTREN, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan usahanya antara lain : (1) Minimnya keterampilan dan motivasi anggota KOPONTREN Syarifuddin dalam mengelola sistem pemasaran usaha melalui online secara profesional , (2) KOPONTREN Syarifuddin belum mampu memanfaatkan E-commerce sebagai media pemasaran produknya secara konsisten dan efektif, sehingga pendapatan usaha hanya bertumpu pada sistem pemasaran dan penjualan secara konvensional, (3) Rendahnya upaya promosi pemasaran produk yang dilakukan oleh KOPONTREN sehingga tidak mampu bersaing di pasar online, (4) Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya inovasi pengemasan (packaging) dalam penjualan suatu produk.

Pada perkembangan teknologi dan komunikasi pada era digital ini anggota Kopontren dalam pelakukan pemasaran produk menggunakan sistem digital sehingga diperlukan adanya peningkatan kualitas pemasaran berbasis digital sesuai dengan ketrampilan anggota Kopontren.

Usaha anggota Kopontren Syarifuddin berbentuk UMKM dengan berbagai variasi produk yang diperjual belikan, dimana sebanyak 85% merupakan produk makanan dan minuman dan sisanya bergerak dalam bidang usaha jasa. Dalam era global seperti ini, kopontren dapat meningkatkan kapabilitas UMKM pada binaan pondok pesantren agar dapat bersaing pada era digital, maka Universitas Airlangga melalui melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang berjudul ‘Implementasi Pemasaran Berbasis Digital Produk UMKM Anggota Koperasi Pondok Pesantren Syarifuddin di Kabupaten Lumajang dalam mewujudkan Suistainable Development Goals’.

Acara ini diselenggarakan di Kampus 1 Universitas Syarifuddin, Lumajang dan diketuai oleh Widya Sylviana, Ph.D. Pengabdian Masyarakat yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Pengabdian kepada Masyarakat bertujuan untuk pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya langsung pada masyarakat secara kelembagaan melalui metodologi ilmiah sebagai penyebaran Tri Dharma Perguruan Tinggi serta tanggung jawab yang luhur dalam usaha mengembangkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mempercepat laju pertumbuhan tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Dalam mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi maka aplikasi dari Pengabdian Masyarakat ini adalah pendidikan informal dalam bentuk pelatihan e-commerce produk UMKM anggota Kopontren dalam menjaga kelangsungan usaha pada era 4.0. Peserta pengabdian Masyarakat berjumlah 30 peserta pemilik UMKM yang memiliki produk makanan minuman dan jasa. Mereka merupakan binaan dari Kopontren Syarifuddin.

Pembuatan Goodie Bag dari Kertas Minyak.Pembuatan Goodie Bag dari Kertas Minyak.

Produk makan minuman yang dihasilkannya merupakan produk potensi lokal yang dimiliki di Kabupaten Lumajang. Sehingga harga bahan baku mudah didapatkan dan harganya murah sehingga dapat melakukan inovasi dan kreatifitas dalam pengolahannya. Produk yang dihasilkannya antara lain pisang roll coklat, camilan kedelai pedas manis, snack mie lidi, kripik buah (salak dan nangka), rambak pisang, bubuk kopi, frozen food, ada juga yang menjual buket bunga, kopyah, hijab hingga jasa percetakan dan jasa usaha salon.

Mayoritas produk yang dihasilkan merupakan produk lokal memiliki potensi dalam pengembangan serta memenuhi persyaratan untuk memasuki pasar pada era modern. Disisi lain, mayoritas anggota Kopontren memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas dalam bidang pemasaran digital.

Sehingga diperlukan adanya pendampingan bagi anggota UMKM binaan Kopontren agar dapat meningkatkan pangsa pemasaran dan dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku usahanya.

Pemateri pertama atas nama Atik Purmiyati, Ph.D. mengisi materi mengenai perkembangan UMKM dalam menghadapi industri 4.0. Menurut beliau, potensi UMKM sangat menjanjikan baik di masa sekarang maupun di masa depan, utamanya usaha mikro karena keberadaan aksesnya lebih mudah dan cepat beradapatasi dengan pasar. Sehingga diperlukan adanya inovasi yang terus menerus ada dalam setiap UMKM agar kegiatan usahanya dapat berkelanjutan (sustainable) dan dapat bersaing di era digital seperti sekarang ini.

Inovasi tidak hanya berada dalam proses produksi saja, namun juga inovasi dalam menjualkan produk secara online dengan visual produk yang menarik. Pemasaran digital juga penting dalam menjaga keberlanjutan usaha, karena dengan adanya sosial media dapat memperluas pangsa pasar secara digital dan dapat meningkatkan jumlah konsumen. Sehingga dapat meningkatkan omset penjualan secara signifikan.

Pemateri kedua atas nama Dr. Febriana Wurjaningrum memberikan pelatihan/praktek secara langsung untuk membuat packaging yang menarik untuk konsumen. Praktek yang dilakukan adalah dengan membuat packaging “goodie bag” dengan menggunakan alat seadanya seperti kertas minyak dan tali.

Pada saat proses praktek pembuatan “goodie bag” peserta sangat antusias dan berusaha keras agar produk yang mereka dagangkan dapat dijual dengan inovasi yang diberikan. Hasil dari edukasi pelatihan/praktek ini adalah diharapkan peserta dapat menerapkan packaging yang tepat dan sesuai dengan standar sehingga diharapkan Anggota KOPONTREN Sarifuddin dapat menentukan inovasi dan selanjutnya dapat diterapkan dalam pengemasan produk-produk KOPONTREN beberapa opsi untuk meningkatkan kualitas packaging produknya agar produk yang dijual dapat mudah dikenal, meningkatkan mutu dan keamanan produk.

Salah satu produk usaha dari mitra adalah kopi dengan merk “SUNTHREE”. Pelaku usaha melihat adanya potensi dari masyarakat sekitar yang gemar mengkonsumsi kopi, sehingga pelaku usaha melihat peluang tersebut dan memulai untuk menjual produk kopi. Pemilik usaha memasarkan produk kopi yang dijual menjadi kopi yang sudah diolah (bubuk kopi) dan kopi yang masih mentah atau biji kopi.

Baca Juga: UNESA Implementasi PPEPP untuk Pengembangan Perencanaan Program Kegiatan di Pondok Pesantren

Kemasan baru Kopi “SUNTHREE” (kiri) dan Kemasan lama Kopi “SUNTHREE” (kanan).Kemasan baru Kopi “SUNTHREE” (kiri) dan Kemasan lama Kopi “SUNTHREE” (kanan).

Alasan pemilik usaha mendagangkan produknya menjadi dua varian adalah untuk memberikan pilihan atau preferensi kepada konsumen dalam menikmati kopi. Produk kopi yang sudah diolah akan dijual dengan tiga varian rasa yaitu rasa original, jahe, dan kapulaga. Pemilihan rasa tersebut berdasarkan permintaan konsumen yang menyukai cita rasa kopi dengan tambahan rasa jahe dan kapulaga, karea ada cita rasa yang unik dan nikmat. Disamping itu, produk kopi bijian akan dijual menjadi dua olahan yaitu biji kopi yang sudah disangrai (roasted beans) dan biji kopi yang masih mentah (green beans).

Perbedaan antara roasted beans dan green beans adalah, Roasting adalah proses mengolah biji kopi melalui pemanggangan hingga mengeluarkan aroma dan cita rasa yang yang khas. Sedangkan green bean adalah biji kopi yang masih mentah dan tidak memiliki karakteristik seperti biji yang sudah di roasting, bentuknya lembut dan kenyal. Pemilik usaha saat ini mendagangkan produknya melalui offline (mendagangkannya langsung ke pembeli via Whatsapp) dan online melalui media sosial seperti Facebook serta e-commerce seperti Shopee.

Pemilik usaha lebih sering menerima pesanan offline via whatsapp dan online melalui Facebook, rata-rata pembeli ada masyarakat di sekitar Lumajang. Produk dijual dengan harga yang bervariasi mulai Rp 12.000-24.000 tergantung ukuran dan varian rasa. Pemilik usaha menyadari pentingnya packaging pada produk “SUNTHREE” untuk menarik konsumen dan memberikan keamanan pada produk yang akan dijual.

Pada gambar 1, terlihat pemilik usaha melakukan improve pada kemasan produknya. Kemasan yang baru memiliki desain yang lebih menarik dengan merk dan foto produk yang terlihat jelas serta kemasan yang terlihat lebih aman dan efisien daripada kemasan yang sebelumnya. Masukan dari program PKM ini untuk produk kopi sunthree adalah, untuk meningkatkan kualitas kemasannya agar lebih menarik konsumen.

Selain kopi merk “SUNTHREE”, produk anggota KOPONTREN yang lainnya adalah pentol dan sempol. Pemilik usah mengamati perilaku konsumen yang menyukai makananan/jajanan pentol dan sempol dari beberapa kalangan usia, dari anak-anak hingga orang dewasa di lingkungan sekitar. Pemilik usaha melihat potensi tersebut dengan mengembangkan usaha pentol dan sempol frozen dengan merk “Fifin’s Kuliner”. Pemilik usaha mendagangkan pentol dengan bumbu kacang dan sempol dengan saus sambal. Dari segi cita rasa, pentol dan sempol “fifin kuliner” memiliki rasa yang enak dan khas. Selain itu untuk kualitas produk yang dijual, pemilik usaha menggunakan daging ayam dan sapi yang berkualitas untuk mempertahankan kualitas produknya.

Pemilik usaha masih ingin mengembangkan resepnya agar produknya dapat diterima dan dikenal masyarakat lebih luas Packaging pentol dan sempol “Fifin’s Kuliner” masih sederhana dengan menggunakan plastik klip dan plastik untuk bumbu kacangnya. Akan tetapi packaging tersebut dinilai kurang aman karena makanan yang dikemas dengan plastic akan mudah terpapar udara diluar sehingga makanan tidak akan bertahan lama. Selain itu, bumbu kacang yang dikemas di dalam plastik dinilai tidak aman, karena plastik bisa saja bocor dan menyebabkan bumbu kacang tumpah.

Sehingga pemilik usaha disarankan untuk melakukan pengembanga pada kemanan dan tampilan pada packaging-nya dengan melakukan vakum pada semua produk yang akan dijual, sehingga produk akan lebih awet dan tahan lama saat dibeli konsumen. Pemilik usaha saat ini mendagangkan produknya melalui offline (mendagangkannya langsung ke pembeli via Whatsapp atau dari orang ke orang) dan online melalui media sosial seperti Facebook.

Pemilik usaha lebih sering menerima pesanan offline via whatsapp rata-rata pembeli ada masyarakat di sekitar Lumajang. Produk dijual dengan harga yang bervariasi mulai Rp 10.000 untuk sempol dan Rp 20.000 untuk pentol. Pemilik usaha menyadari pentingnya packaging pada produk dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pada produk dan packaging nya. Selain itu, pemilik usaha ingin mendagangkan produknya ke media sosial dan e-commerce agar dapat menjangkau masyarakat lebih luas.

Selanjutnya, Pemateri ketiga atas nama Dr. Rahmat Yuliawan mengisi materi mengenai pemasaran online. Pada kegiatan pelatihan pemasaran online, Dr. Rahmat Yuliawan selaku pemateri menjelaskan bahwa pemasaran online sejatinya dapat dilakukan oleh semua orang, mengingat setiap orang pasti mempunyai gadget yang dapat digunakan untuk kegiatan usahanya. Selain itu dalam kegiatan sehari-hari, hampir semua orang melaksanakan aktivitasnya tidak jauh-jauh dari keberadaan gadget.

Baca Juga: Peringati Hari Santri, Gelar KPU Goes To Pesantren

Namun sayangnya masih belum banyak masyarakat yang menyadari bahwa kegunaan gadget tidak hanya sebatas untuk mengambil foto maupun untuk komunikasi saja, tetapi juga dapat digunakan untuk mengambil foto layaknya fotografer profesional menggunakan kamera gadget dengan opsi pengaturan yang hampir sama seperti pada kamera digital. Ternyata, banyak peserta yang baru mengetahui bahwa pada kamera handphone mereka dapat digunakan untuk mengambil foto dengan opsi aturan yang lebih tajam dan jernih. Sehingga, banyak peserta yang berlomba-lomba untuk memfoto produknya dengan angle kamera yang telah diajarkan oleh pemateri.

Dr. Rahmat menyatakan bahwa dengan pengambilan angle kamera yang tepat, maka dapat menunjang keberhasilan pemasaran secara online, karena konsumen biasanya melihat produknya terlebih dahulu baru membeli produknya. Pada kesempatan kali ini, peserta binaan kopontren juga diajarkan dalam membuat platform online untuk menjual hasil produknya, salah satunya melalui pembuatan akun Instagram bisnis. Dengan adanya akun Instagram bisnis, maka pangsa pasar produk UMKM peserta binaan kopontren dapat menjangkau area yang lebih luas.

Para peserta sangat antusias sekali mengikuti pelatihan ini. Diharapkan dengan adanya pembuatan akun Instagram bisnis ini peserta UMKM binaan kopontren dapat mengelola akun instagramnya untuk menampilkan produk terbaiknya yang dapat dipasarkan secara luas dan seluruh UMKM binaan kopontren dapat go-digital. Peserta juga diajarkan untuk meng-upload dan membuat caption foto maupun video produknya pada akun masing-masing. Sehingga dapat memudahkan konsumen untuk melihat lebih rinci produk yang akan dijualkan dan membuat konsumen tertarik untuk membelinya. Selain itu, Dr. Rahmat juga menjelaskan timing yang tepat untuk meng-upload foto maupun video produk tertentu.

Misalnya pada jam saat orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu dengan scroll gadget, yaitu pada jam 12 siang hingga jam 1 siang serta jam 7 malam hingga jam 9 malam. Hal ini dikarenakan pada jam tersebut, lebih banyak orang-orang yang beristirahat dari aktivitasnya saat jeda bekerja maupun selesai bekerja. Sehingga dapat meningkatkan peluang terjualnya produk secara online. Pemateri keempat diberikan oleh Agus, MM yang mengisi materi mengenai strategi komunikasi penjualan online. Selama berjalannya acara, peserta sangat antusias mengikuti acara. Karena selama berjalannya acara, pemateri menunjuk salah satu peserta untuk mempromosikan produk usahanya dengan berbicara di depan peserta lainnya.

Kegiatan ini disebut sebagai kegiatan meng-endorse sejumlah figur yang terkenal untuk mempromosikan suatu produk agar penggemar dari figure tersebut juga tertarik untuk membeli produk usaha yang dipromosikan. Salah satu peserta, pemilik usaha Fifin’s Kuliner dengan produk unggulannya frozen food pentol bakso dan sempol menyatakan bahwa dengan adanya acara ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan usahanya karena didalam acara ini terdapat pengembangan produk usaha dengan adanya berbagai saran yang dapat diterapkan dalam mengembangkan produk UMKM, diantaranya materi pemasaran online via Instagram bisnis yang dapat menjangkau konsumen dalam kota maupun luar kota.

Pentol “Fifin’s Kuliner”.Pentol “Fifin’s Kuliner”.

Hingga saat ini Ibu Fifin berfokus pada pemasaran secara door to door saja karena keterbatasan dalam melakukan pemasaran online. Tidak menutup kemungkinan beliau akan memperbaiki kualitas produk frozen food-nya baik dari segi produksi maupun pengemasan untuk dipasarkan secara online dalam jangkauan pasar yang lebih luas setelah adanya pelatihan packaging dan pemasaran online dari tim Pengabdian Mayarakat Universitas Airlangga yang bekerjasama dengan pihak Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Syarifuddin, Lumajang, Jawa Timur. Melalui program Progam Kemitraan Masyarakat (PKM) ini pemilik usaha mendapatkan banyak manfaat dan pembelajaran dalam memanfaatkan potensi kemajuan teknologi serta peluang untuk memasarkan produknya dengan meningkatkan kualitas packaging pada produk yang.

Setelah mengikuti program PKM pemilik usaha ingin meningkatkan potensi pada penjualan online melalui e-commerce shopee dan social media agar dapat menjangkau konsumen yang lebih luas lagi, sehingga produk yang dimiliki akan lebih dikenal. Selain itu, pemilik usaha masih ingin meningkatkan kembali kualitas produk yang dijual agar produknya dapat berkembang sesuai dengan permintaan masyarakat. Agar produk dapat dikenal dan menarik bagi masyarakat maka perlu adanya pemasaran yang menarik. Pemilik usaha memilih untuk meningkatkan kualitas packagingnya agar dapat menarik pembeli. Gus Wadud selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren Syarifuddin menyatakan bahwa dengan adanya kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Universitas Airlangga ini sangat bermanfaat untuk anggota pemilik UMKM binaan Kopontren karena dapat memotivasi pemilik usaha untuk terus memperluas pangsa pasarnya melalui pemasaran online sehingga produk mereka lebih dikenal oleh masyarakat luas, tidak hanya di wilayah pondok pesantren saja namun juga di seluruh wilayah Kabupaten Lumajang dan di luar kota Kabupaten Lumajang.

Senada dengan pernyataan Gus Wadud, Ning Ayyun selaku ketua bidang pemberdayaan ekonomi dan masyarakat Kopontren Syarifuddin menyatakan bahwa ketika dibuka pendaftaran untuk kegiatan ini, anomali pemilik UMKM binaan Kopontren sangat besar untuk mengikuti acara ini, sehingga panitia harus membatasi peserta karena keterbatasan kuota peserta. Selain itu, Ning Ayyun menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. juga melakukan kegiatan berdagang semasa hidupnya, sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta UMKM binaan Kopontren untuk terus berinovasi dalam variasi produk maupun pemasarannya, salah satunya melalui pemasaran online dengan tetap menggunakan prinsip jujur dan amanah dalam berdagang.lmj

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU