Home / Kesehatan : Surat Terbuka Tentang Prof Dr. Terawan (2)

Produksi Vaksin Nusantara, Bentuk Manajemen Efisiensi dengan AS

author surabayapagi.com

- Pewarta

Sabtu, 09 Jul 2022 10:29 WIB

Produksi Vaksin Nusantara, Bentuk Manajemen Efisiensi dengan AS

i

Catatan Wartawan Surabaya Pagi, Raditya Mohammer Khadaffi.

SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Sebelum wawancara eksklusif di KompasTV dalam program Rosi, Jumat (7/7/2022), pengembangan Vaksin Nusantara besutan Terawan, memang menuai polemik. Bahkan pada 21 Februari 2021, ada kritik dari sejumlah pihak yang mempertanyakan pengembangan vaksin dengan sel dendritik tersebut.

Praktis selama tahun 2021, vaksin ini menjadi sorotan, terutama dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kepala BPOM Penny K. Lukito menuding pengembangan vaksin nusantara tidak sesuai kaidah medis.

Baca Juga: Panglima TNI Bicara Bahan Pokok dan Politisasinya

Sayang Penny, tak membeberkan kaidah medis yang ditudingkan. Penny hanya  menyinggung perbedaan data dari tim uji klinis vaksin dengan data yang dipaparkan pada rapat kerja DPR RI.

Maklum, pengembangan Vaksin Nusantara dilakukan dengan metode sel dendritik (dendritic cell). Metode autolog atau komponen sel darah putih ini disebut menjadi yang pertama kali di dunia untuk Covid-19.

Sejarah ilmu kedokteran dunia mencarat bahwa sejak diprakarsai Terawan, pengembangan vaksin Nusantara yang disponsori oleh PT Rama Emerald dan PT AIVITA Indonesia, dan bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan, menuai pro-kontra.

Padahal pembuatan vaknus juga dilandasi penandatanganan perjanjian kerja sama uji klinik vaksin sel dendritik SARS Cov-2, antara Badan Litbang Kesehatan dengan PT Rama Emerald Multi Sukses di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis (22/10/2020).

Saat itu, penandatanganan dilakukan oleh Kepala Badan Litbang Kesehatan Slamet dengan General Manager PT Rama Emerald Multi Sukses, Sim Eng Siu. Saat itu Prof Terawan, sebagai Menkes menyaksikan kerjasama. Saat itu, PT Rama Emerald Multi Sukses sudah mendapatkan lisensi untuk mengembangkan vaksin sel dendrintik dari PT AIVITA Biomedical Inc yang berlokasi di Amerika Serikat.

***

Berdasarkan background itu, Mantan Menteri Kesehatan Dr. Terawan, tak habis mengerti ada orang-orang tertentu yang malah memberi tudingan bahwa Vaksin Nusantara, vaksin Covid-19 buatan Amerika Serikat (AS).

Tentu saja Terawan, kecewa berat. Tawaran menjadi Dubes di Spanyol ditolaknya. Ini karena komitmennya ingin buktikan vaksin nusantara untuk penanganan vovid-19. Dengan mimik serius, Terawan, dalam acara “di kompas TV” makam itu, Terawan buka bukaan secara visual. Jenderal bintang tiga TNI-AD menegaskan memang dalam proses penelitian vaksin nusantara. Namun, kerja sama itu tidak serta-merta membuat Vaksin Nusantara disebut sebagai karya AS.

Terawan yang bergelut sejak gagasan tetap menegaskan, Vaksin Nusantara adalah vaksin karya anak bangsa.

"Lho iya (memang ada kerja sama). Kerja sama ini harus dilakukan dan itu harus secara terbuka. Dari dulu kita juga bilang kita kerja sama, meskipun dalam hal ini kita mengerjakan sendiri," beber Terawan saat berbincang dengan Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosiana Silalahi di program Rosi, di rumah dinasnya tak jauh dari RSPAD Jakarta, Jumat malam lalu (8/7/2022).

Sebagai dokter senior di Indonesia, Prof. DR. Dr. Terawan , mempertegas praktik kerja sama dalam dunia medis di Indonesia dan di seluruh dunia adalah hal yang lumrah.

Terawan mengingatkan, semua vaksin, sebagian produk medis yang dipakai di seluruh negara adalah proses kerja sama.

Baca Juga: Rumah Biliar Berkedok Latihan Olahraga, Diduga Permainan Pejabat

"Jadi Ini karya (anak bangsa), harus kerja sama. Enggak ada orang bisa mandiri karena itu politik dunia. Dan kerja sama itu bisa membanggakan. Lho kalau negara besar mau kerja sama dengan kita, artinya apa? Kita dianggap punya kemampuan," Terawan mengingatkan.

Sebab, dalam dunia medis, kerja sama antarnegara merupakan hal yang wajar.

Dengan mimik serius, Terawan mengakui, memang dalam pembuatan vaknus, ada beberapa bahan dasar yang memang perlu diimpor. Ini sama halnya ketika seseorang mengimpor bahan baku untuk dijadikan barang jadi dan diekspor kembali ke luar negeri.

Menurut Terawan, jika semua komponen pembuatan vaknus dipaksakan dari dalam negeri, maka ia memastikan tidak tercipta efisiensi.

Maka itu Terawan mempertegas sikapnya, meskipun ada komponen atau bahan baku vaknus ada dari negara lain, merek Vaksin Nusantara telah tersemat berasal dari Indonesia.

"Jadi tidak boleh kita seolah-olah kalau karya anak bangsa itu produksinya betul-betul mulai dari bahan semua dihasilkan sendiri, ini tidak efisien. Efisiensi enggak ada. Dan itulah manajemen. Manajemen itu harus efisiensi. Mana yang bisa diproduksi sendiri sehingga bisa efisien, mana yang harus diproduksi tempat lain supaya lebih efisiensi," jentrengnya mengenai sebuah proses produksi vaksin.

Terawan lantas mencontohkan beberapa barang medis buatan Jerman, seperti CT-Scan. Meskipun Jerman merakit alatnya sampai jadi, negara itu juga mengimpor bahan baku CT-Scan.

Baca Juga: Hak Angket, Adu Okol

Begitu juga ketika seorang perangkai bunga (florist) merangkai bunga menjadi sebuah buket. Namun, bunga-bunga itu dibelinya dari pemasok lain hingga dari luar negeri.

Terawan menyatakan, proses yang sama juga berlaku untuk pembuatan Vaksin Nusantara.

Terawan mengingatkan praktik produksi vaksin nusantara, Prinsip kerja sama pengembangan vaksin adalah bentuk manajemen efisiensi. Jika suatu negara tidak bisa menggunakan seluruh komponen dari dalam negeri, maka tidak bisa dipaksakan.

"Sama, vaksin nusantara namanya dari mana? Dari Indonesia. Ya, ini produk anak bangsa. Jadi di mana kita mampu mengakses semua hal dengan baik, entah dari mana datangnya, dan mampu kita hasilkan jadi sebuah karya, itu namanya karya kita. Karya bangsa," tegas Terawan, dengan sorot mata tajam.

Terawan juga mengingatkan, kerja sama dengan AS yang notabene merupakan negara maju menjadi kebanggan tersendiri. Artinya, Indonesia dipercaya sebagai mitra kerja sama.

"Kerja sama itu bisa membanggakan. Lho kalau negara besar mau kerja sama dengan kita, artinya apa? Kita dianggap punya kemampuan. Apa salah menyusun karangan bunga, bunganya dari mana-mana. Itu karya, bukan? Itu namanya karya kita," tutur Terawan berfilsafat. ([email protected], bersambung)

Editor : Raditya Mohammer Khadaffi

BERITA TERBARU