Home / Kesehatan : Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi

Sel Dendritik di Prancis untuk HIV, di Indonesia untuk Apa....?

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 04 Jul 2022 20:24 WIB

Sel Dendritik di Prancis untuk HIV, di Indonesia untuk Apa....?

i

H. Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Senin (4/7/2022), saya membaca jurnal ilmu kedokteran dari Paladin Biosciences, sebuah divisi dari Paladin Labs Inc. di Kanada di dalam situs https://gcgh.grandchallenges.org/grant/dendritic-cell-receptor-targeted-malaria-vaccines. Dalam laporan jurnal di situs tersebut, menjelaskan laboratorium ini akan memproduksi vaksin dengan beberapa antigen malaria untuk menargetkan reseptor sel dendritik dan tanpa memerlukan bahan pembantu.

Upaya ini merupakan untuk menginduksi antibodi dan respon imun yang diperantarai sel terhadap parasit malaria pada berbagai tahap infeksi.

Baca Juga: Pemilu Ulang tanpa Gibran, Ulangan Kekecewaan Kita

Sedangkan, Penelitian sudah dimulai sejak bulan Februari lalu. Studi ini dalam kemitraan dengan Badan Nasional Prancis untuk Penelitian AIDS (ANRS) dan Institut Nasional Penelitian Kesehatan dan Medis Prancis (Inserm). Jurnal ini menulis, ini sebagai penelitian yang pertama di dunia untuk vaksin.

Ternyata para peneliti di Institut Penelitian Vaksin Prancis telah menyelesaikan eksperimen yang menargetkan sel-sel penting untuk memerangi HIV/Aids dan merangsang sel dendritik. Ini disebut penjaga sistem kekebalan kita.

Uji klinis ini dimulai dalam beberapa minggu. Jurnal ilmiah ini menulis poses klinis bekerja dengan meluncurkan vaksin langsung ke sel sebagai semacam roket. Ini menghasilkan antibodi yang kemudian menempel pada fragmen HIV.

“Pertama, kami menargetkan sel-sel yang baik, kemudian kami mengejar potongan-potongan virus, dalam hal ini amplop HIV yang memungkinkannya masuk ke dalam tubuh,” jelas Prof Yves Levy, direktur proyek ini seperti ditulis jurnal Perancis, seperti dikutip di laman https://www.rfi.fr/en/france/20210226-french-researchers-prepare-for-hiv-vaccine-trials-using-dendritic-cells, Senin (4/7/2022).

“Selanjutnya kita merangsang sel dendritik, oleh karena itu kekebalan. Akhirnya, karena kami telah menargetkan elemen yang baik dari sel yang baik, kami tidak membutuhkan vaksin dalam jumlah besar,” tambah Levy.

Sel dendritik dinamakan demikian karena bentuknya seperti tumbuhan atau bentuk pohon. Mereka bertanggung jawab untuk memulai respons imun yang beradaptasi dan berubah sesuai dengan ancaman.

Pada infeksi HIV, sel dendritik sangat penting karena mempengaruhi transmisi virus, dan mereka dapat membantu memodulasi respons antivirus.

Uji klinis dimulai pada bulan April. Ada tiga fase klinis sebelum komersialisasi. Fase pertama dimulai dengan relawan untuk melihat apakah vaksin ditoleransi dengan baik oleh tubuh, dan menghasilkan kekebalan, menurut laporan dari media publik Prancis.

Laboratorium Prancis mengadakan panggilan untuk sukarelawan pada tanggal 25 Februari. Ini untuk penelitian dalam kemitraan dengan Badan Nasional Prancis untuk Penelitian AIDS (ANRS) dan Institut Nasional Penelitian Kesehatan dan Medis (Inserm).

Yves Lévy, dokter Prancis dan profesor imunologi klinis adalah penelitinya. Yves Lévy, mencari 72 orang untuk menguji kandidat vaksin mereka. Para peneliti juga menyiapkan vaksin terhadap varian Covid-19 menggunakan model penelitian yang sama.

Ditulis, antibodi diisi dengan bahan dari varian Afrika Selatan dan varian bahasa Inggris diluncurkan pada sel dendritik untuk merangsang respons imun.

Harapannya, yakni perang melawan HIV. Hal ini upaya terakhir untuk vaksin pencegahan terhadap HIV. Ini sudah dimulai pada 2009, tetapi menurut profesor imunologi klinis Levy, kemanjurannya baru 30 persen. Praktis, memproduksi vaksin untuk HIV, atau pengobatan untuk AIDS, tentu saja tetap menjadi "cawan suci" bagi ilmu kedokteran, membantu mereka yang menderita virus.

 

***

 

Jurnal ini menulis, kemungkinan perlu waktu bertahun-tahun bagi seseorang yang tertular HIV. Terutama sebelum melemahkan sistem kekebalan. Maklum sampai saat ini tidak ada obat yang efektif mengobati HIV.

Baca Juga: Panglima TNI Bicara Bahan Pokok dan Politisasinya

Di Prancis, ada sekitar 170.000 orang terinfeksi HIV. Sekitar 25.000 diperkirakan tidak menyadari bahwa mereka membawa virus dan terus menyebarkan epidemi. Sekitar 6.200 kasus baru ditemukan per tahun.

Ditulis dalam jurnal ini, perawatan obat antiretroviral dapat membantu memperlambat perkembangan HIV dan telah menjadi pengubah permainan dalam perang melawan HIV-Aids.

Praktis, sel Dendritik dapat membantu memberi orang kualitas hidup bagi mereka yang dites positif. Tetapi antiretroviral tidak menyembuhkan korban penyakit. Meski demikian, para ilmuwan tetap berharap bahwa berbagai upaya untuk mencegah HIV akan membantu mengobati orang.

Sel Dendritik juga menjadi vaksin baru untuk diare, HIV, malaria, pneumonia, dan TB . Dan secara historis tingkat efektivitasnya bergantung pada proses trial and error yang panjang dan mahal. Artinya Dendritik memiliki catatan keberhasilan yang tidak merata. Selain itu, banyak dari infeksi ini bersifat kronis atau persisten dan mungkin memerlukan cara yang sangat berbeda untuk menghasilkan kekebalan protektif dibandingkan dengan vaksin tradisional.

Dalam pendekatan saat ini di Perancis, antigen dikombinasikan dengan adjuvant dan diformulasikan untuk merangsang respon imun yang diinginkan. Kandidat ini harus menjalani penelitian pada hewan dan uji kemanjuran manusia yang besar pada populasi target untuk menilai potensi mereka. Praktis, ada kemampuan untuk mengidentifikasi kombinasi terbaik dari antigen, adjuvant, dan formulasi di awal proses. Maklum, sebelum studi klinis dilakukan, dilaporkan pembiayaannya lebih mahal dan memakan waktu.

Pendeknya, peningkatan penerapan genomik, proteomik, analisis biofisik, pengujian berbasis sel yang canggih, dan alat bioinformatika dapat memberikan peluang baru untuk penyelidikan kandidat vaksin. Selain itu, diperlukan perbaikan paradigma untuk desain vaksin yang rasional.

Jurnal ini menulis, pendekatan multidisiplin dapat memfasilitasi identifikasi vaksin baru yang aman dan berkhasiat luas.

 

***

Baca Juga: Rumah Biliar Berkedok Latihan Olahraga, Diduga Permainan Pejabat

 

Saya membaca dua jurnal ini, karena saya mengikuti uji klinik Vaksin Nusantara di RS Kariadi Semarang, tahun lalu.

Vaksin personal berbasis sel dendritik (dendritic cell) ini diteliti oleh Mantan Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto bersama dengan Aivita Biomedical Corporation AS, Universitas Diponegoro, dan RS Kariadi Semarang. Tim ini yang memprakarsai pembuatan vaksin Covid-19 Nusantara.

Saya tahu sel dendritik adalah sel imun yang berfungsi sebagai guru. Bahkan disebut Sel dendritik adalah gurunya sel-sel yang nantinya memproduksi antibodi.

Mengingat dalam tubuh manusia, ada dua macam sel, yakni sel B dan sel T. Dan sel yang bertugas memproduksi antibodi adalah sel B.

Disebut oleh peneliti tim Dr. Terawan, saat ada banyak antigen yang masuk ke tubuh melalui vaksin kemudian diserap oleh sel dendritik, lalu sel dendritik akan memaparkan bagian tubuhnya potongan-potongan antigen itu. Gunanya untuk mengajari sel B (memproduksi antibodi). Ini berbeda dengan vaksin konvensional lainnya.

Saya masih percaya vaksin Nusantara yang diprakarsai Terawan adalah dibuat dengan mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh. Dab kemudian memasukkannya lagi. Cara mengeluarkan sel dendritik, ahli akan mengambil darah orang yang akan divaksin.

Pertanyaannya, ada apa di negeri ini penelitian Sel Dendritik untuk vaksin Covid-19 dipersulit, sementara di Perancis dan Kanada Vaksin berbahan Sel Dendritik telah dikembangkan untuk pengobatan HIV dan diperantarai sel terhadap parasit malaria pada berbagai tahap infeksi.

Mari para peneliti ilmu kedokteran Indonesia beradu keilmuan untuk kemanfaatan manusia, seperti yang sudah dilakukan peneliti dari Perancis dan Kanada. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU