Wow, Surabaya akan Dijadikan Kota Soekarno

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 07 Jun 2022 19:57 WIB

Wow, Surabaya akan Dijadikan Kota Soekarno

i

Raditya M Khadaffi, Wartawan Surabaya Pagi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Saya terhenyak membaca laporan wartawan saya terkait peristiwa Wali kota Surabaya Eri Cahyadi, mengumpulkan banteng banteng muda. Mereka mendeklarasikan akan membuat patung Soekarno dan museum Soekarno.

Saya cek, hari itu tanggal 6 Juni 2022, yang merupakan hari spesial bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya tanggal 6 Juni tersebut merupakan hari lahir Soekarno. Dalam semua penulisan biografi Soekarno sebelum tahun 1970, saya membaca hampir semua buku menulis Bung Karno lahir di Surabaya.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Disnakertrans Jatim Buka 54 Posko Pengaduan THR

Kisah yang saya nukil, akhir tahun 1900, R.Soekani Sosrodiharjo (ayahanda Soekarno) dipindahtugaskan dari Singaraja Bali sebagai guru sekolah rakyat Sulung, Surabaya. Dan di Surabaya itulah istrinya, Nyoman Rai Srimben, melahirkan seorang putera yang diberi nama Kusno yang kemudian menjadi Soekarno pada 6 Juni 1901.

Pada hari itu, putra Fajar merekah. Di rumah kecil di Pandean Gang IV, tangis seorang bayi pecah setelah lahir dari rahim ibunya. Bayi itu, “Putera Sang Fajar”, kelak menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia: Soekarno,” tulis Eri Cahyadi.

Menurut Wali Kota Surabaya tersebut, Soekarno dan Surabaya bak sudah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Melalui akun Instagram pribadinya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi @ericahyadi_, Senin (6/6/2022) terlihat turut memperingati hari lahir Soekarno ini.

Surabaya dan Bung Karno; serta Bung Karno dan Surabaya ibarat dua sisi dalam satu keping mata uang yang tak terpisahkan. Saya menyebutnya “Surabaya menjadi takdir Bung Karno” karena begitu lekatnya kota ini dalam perjalanan hidup beliau,” tuturnya.

“Sudah selayaknya kita bangga, terharu, bahwa Surabaya ditakdirkan menjadi bagian dalam perjalanan dan perjuangan Bung Karno. Surabaya bukan hanya tempat lahir Bung Karno. Lebih dari itu, kota ini ada dalam persenyawaan ideologi hidup Bung Karno,” papar Eri.

Meski di masa kecilnya Soekarno pindah dari Surabaya, namun menurut Eri Cahyadi kota pahlawan ini tetaplah menjadi takdir Soekarno.

“Setelah lahir, kemudian masa kecil berpindah, Surabaya tetaplah kemudian menjadi takdir Bung Karno setelah ayahnya, Raden Soekemi, mengirimkan sang anak untuk bersekolah di Surabaya dan indekos di rumah tokoh Islam, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, di Peneleh,” ucap Eri.

Catatan Eri ini, bukti sebagai kader PDIP, ia menyerap kisah hidup Ir. Soekarno. Ia telah menyimpulkan beberapa bahwa Soekarno itu arek Suroboyo. Soekarno giat mencari ilmu dan berorganisasi. Mengenal Soekarno dengan baik, bisa membentuk watak seseorang menjadi lebih nasionalis. Soekarno pejuang gigih yang membela tanah airnya dengan benar. Soekarno menunjukan sikap seorang pejuang Indonesia sejati. Ia terbukti, saat hidupnya membela kebenaran, tak gentar meski nyawa terancam sekalipun.

Dalam autobiografinya yang berjudul “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat”, sang proklamator, Presiden Soekarno, mengisahkan bahwa pernah terjadi kekacauan di Surabaya saat tentara Inggris mendarat sebelum pecah pertempuran 10 November.

Kekacauan terjadi karena arek-arek Suroboyo, menolak kedatangan tentara Belanda yang ikut dalam rombongan tentara Inggris ke Indonesia. Rakyat yang telah mengambil alih senjata milik tentara Jepang juga menolak menyerahkan senjata mereka kepada tentara Inggris.

Gesekan antara arek-arek Surabaya dengan tentara Inggris pun tak terhindarkan. Konon penguasa Inggris tak mampu menangani amukan arek arek Surabaya, Inggris pun meminta bantuan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta untuk menenangkan mereka.

Setibanya di Surabaya, dalam autobiografinya itu, Bung Karno menggambarkan suasana Surabaya sangat mencekam.  “Saat itu di setiap penjuru jalan terjadi perkelahian hebat satu lawan satu. Mayat bergelimpangan di mana-mana," tulis Soekarno dalam buku yang saya baca.

Soekarno dan Hatta lalu berunding dengan para jenderal tentara Inggris. Dalam perundingan tersebut kedua belah pihak menyetujui adanya gencatan senjata. Soekarno dan Hatta lberunding dengan para jenderal tentara Inggris. Dalam perundingan tersebut kedua belah pihak menyetujui adanya gencatan senjata.

Tentara Inggris memberikan sebuah jip kepada Soekarno untuk berkeliling menentramkan keadaan yang sedang kacau. "Aku berkeliling ke seluruh penjuru di mana saja pahlwan-pahlawan muda kami berada dan berbicara berhadap-hadapan muka dengan mereka. Masing-masing (dari mereka) memegang senjata dengan laras terisi dan tidak terkunci," kata Bung Karno.

Baca Juga: Mengatasnamakan Media Nasional, Warga Lamongan Diperas Wartawan Gadungan

"Seorang pemuda berumur kira-kira 16 tahun berdiri di dekatku, memegang senapannya tegak lurus dan menampung setiap kata yang keluar dari mulutku. Ketika aku mengatakan sesuatu, semangatnya meluap, dan Dor! Senapan terkutuk itu meletus tepat di belakang telingaku," ujar Soekarno.

Namun, upaya Soekarno menenangkan arek arek Surabaya saat itu tak berbuah manis. Situasi kian memanas terutama setelah Jenderal Mallaby tertembak. Inggris pun mengultimatum arek arek Surabaya segera menyerahkan senjata mereka sebelum pukul 06.00 pada 10 November 1945.

Rakyat Surabaya menolak tegas ultimatum tersebut. Pertempuran 10 November pun pecah dan dikenang sebagai salah satu pertempuran yang dahsyat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.

 

***

 

Dari sejarah, saya mendapat bekal bahwa Kota Surabaya dikenal dengan sebutan Kota Pahlawan. Di kota ini tersimpan sejarah-sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sebagai warga negara baik, kita sejatinya wajib mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Baca Juga: Unesa Terima 4.733 Camaba Lewat Jalur SNBP 2024

Dari peristiwa sejarah itu dapat menjadi renungan dan pembelajaran untuk ke depannya. Persis seperti kata Presiden Pertama Indonesia Soekarno “jangan sekali-kali melupakan sejarah”, atau disingkat Jasmerah.

Rencana membuat museum Soekarno di dua lokasi di Surabaya adalah kemauan politik wali kota Surabaya, Eri Cahyadi. Ini patut diapresiasi tidak hanya oleh pengagum Bung Karno. Tapi generasi muda sekarang dan mendatang.

Sejarah mengajarkan kita bahwa meseum adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Apalagi pada saat seperti sekarang. Saya dibekali guru-guru sejarah bahwa tidak ada bangsa atau negara di dunia yang tidak memiliki museum. Artinya ada bangsa yang memiliki banyak museum tetapi tidak ada bangsa yang tidak memiliki museum. Seolah-olah museum menjadi suatu persyaratan untuk kehadiran suatu bangsa.

Saya mencatat kemauan politik wali kota Eri bertekad bikin patung dan museum Bung Karno, di Surabaya punya peran penting dalam mempersiapkan masyarakatnya bagi kehidupan masa depan bangsa kini dan ke depan. Dalam museum ini, seperti saya serap saat mengunjungi museum-meseum di Eropa, ada gambaran karakter suati bangsa . Tiap orang bisa menyerap makna yang ditampilkan meseum meseum itu. Nalar saya, pasca mengenal museum, saya merasa ada bagian rohani bangsa . Ada semacam harapan ingin memelihara museum agar memberi semangat dari generasi ke generasi. Ada berbagai peninggalan yang tersaji di museum.

Apalagi di Surabaya, saat ini ada peristiwa sejarah yang telah terjadi di Indonesia tergambar di beberapa meseum. Di antaranya Museum Sepuluh November, Museum Surabaya (Siola), Museum W. R. Soepratman, House of Sampoerna, hingga Monumen Kapal Selam.

Jadi kemauan politik wali kota Eri Cahyadi menjadikan Surabaya akan Dijadikan Kota Soekarno, secara akal sehat sudah benar. Eri Cahyadi, kader PDIP muda, harus diakui lebih peka ketimbang kader PDIP yang sebelum menjadi wali kota Surabaya, yaitu Tri Rismaharini dan Bambang DH.

Kelak, siapa saja, bangsa Indonesia maupun asing, ingin mengenal lebih dalam tentang sosok Ir.Soekarno, sang proklamator sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia,   bisa berwisata ke kota Surabaya.

Dua museum ini bisa menggambarkan perjuangan membela tanah air Indonesia dengan sangat keras . Terutama dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno bersama Mohammad Hatta. Apalagi, Soekarno, juga diakui sebagai pencetus Pancasila. n ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU